Ilustrasi
Marhaen, Jakarta_Suasana terasa hening. Ruang perkuliahan yang biasanya ramai dengan mahasiswa, kali ini terlihat sepi. Mahasiswa dan dosen tak terlihat. 

Kondisi semacam itu terlihat di Kampus Universitas Bung Karno. Hari, tepatnya Senin, tanggal 2 Desember 2013 tak seperti hari-hari sebelumnya, mahasiswa aktif mengikuti perkuliahan. Kali ini mahasiswa dan dosen tampak jarang ditemukan di ruang perkuliahan. Anehnya, mobil dan sepeda motor terlihat berjejer memenuhi areal parkir.

Belakangan diketahui, para mahasiswa, dosen dan pegawai Kampus Universitas Bung Karno (UBK), rupanya berkumpul di Aula Dr. Ir. Soekarno UBK. Mereka berjubel dalam ruangan itu. Mahasiswa yang tidak kebagian tempat duduk (kursi), rela duduk di lantai dan ada pula yang berdiri. Mahasiswa yang terlambat masuk,  terpaksa berdiri di luar Aula karena rungan sudah penuh. Para mahsiswa berbondng-bondong untuk menyaksikan pemutaran film tentang  Bung Karno.

Di hari yang sama, film kisah Bung Karno itu, juga diputar di enam Kampus Universitas di pulau Jawa dan luar pulau Jawa.

Film kisah Bung Karno ini, sebelumnya diputar di Universitas Singapore dan Thailand. “Saat ini diputar serentak di enam Kampus Universitas di Indoensia, ‘’kata Onding, panitia pelaksana utusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Enam kampus itu masing-masing  Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Universitas Airlangga, ISTS   Bandung dan Univesitas Bung Karno.
 Pemutaran di Kampus UBK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan  bekerja sama dengan Universitas Bung Karno.

Launching film Bung Karno ini dilakukan di Jakarta Teater dengan mengundang keluarga besar Bung Karno, tokoh-tokoh partai politik, jajaran Kemendikbud dan anggota DPR RI. “Kami sudah road show ke berepa Kementrian. Tujuannya untuk meminta support atas film ini, “tutur Oding saat ditemui di Aula Dr. Ir. Soekarno, usai pemutaran film Bung Karno.

Sosok Bung Karno adalah sosok tokoh yang kharismatik dan abadi. Film ini dibuat oleh Kemendikbud untuk memberikan apresiasi kepada Bung Karno dan keluarga besarnya atas perjuangannya untuk bangsa Indonesia, jelas Oding. Sebagai pendiri bangsa, Bung Karno adalah sosok yang berkepribadian yang abadi. Sampai saat ini pemimpin-pemimpin bangsa ini, masih amat menghormati kepemimpinan Soekarno.  

Karena perjuangannya yang gigih dan tanpa mengenal lelah Bung Karno sangat dihargai dan dikagumi oleh pemimpin negara-negara luar. “Bung Karno sosok perjuang yang gigih di negeri ini, ‘’ungkap Oding.

Film yang berdurasi 135 menit itu menceritakan pengasingan Bung Karno di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 1934-1938. Tentu saja ketika mahasiswa telah menyaksikan film Bung Karno, diharapkan akan menambah rasa kecintaan terhadap Bung Karno dan Negara yang ini. “Muda-mudahan mahasiswa memandang Bung Karno sebagai sosok yang abadi, ”katanya.

Bung Karno diasingkan kemana saja, tetap tak kehilangan perjuangan. Di  Ende dia tetap mensosialisasikan ke masyarakat setempat mengenai garis perjuangan untuk kemerdekaan. Awalnya, tidak dihiraukan dan dikucilkan oleh masyarakat  karena hasutan bangsa penjajah. Waktu itu Belanda. Tapi tidak berlangsung lama. Kehadiran Bung Karno dirasakan masyarakat Ende memberikan kenyamanan, mereka pun senang dengan keberadaan Bung Karno  beserta keluarganya. Bung Karno dan keluarganya memberi pekerjaan kepada masyarakat setempat.

Bung Karno dan istrinya, Inggit mengadakan pengajian setiap setiap Minggu bersama warga.  Semangat juang Bung Karno tidak pernah pudar, meski jauh dari tokoh-tokoh nasional dan kawan-kawan seperjuangannya. Bung Karno mampu membuat perlawanan melalui seni. Ia mengajarkan drama kepada masyarakat setempat. Drama itu mengandung unsur nasionalisme yang ia beri judul Indonesia tahun 1945. Pada waktu itu Bung Karno telah memprediksi kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Pemain drama direkrut dari kalangan tidak terdidik, pengangguran dan petani.

Proses pembuatan film tentang Bung Karno yang berjudul ketika Bung di Ende ini membutuhkan waktu yang cukup lama sebab titik-titik atau lokasi pengambilan gambar (shooting)  berjauhan.

Dukungan Universitas Bung Karno terhadap Pemutaran Film

Selain antusias mahasiswa, jajaran rektorat UBK juga sangat mendukung dan mengapresiasi pemutaran film ini. Film ini memberikan pendidikan yang baik kepada mahasiswa, kata Drs. Soenarto Sardiatmodjo MBA., MM, Rektor Universitas Bung Karno, lalu menambahkan, film ini merupakan pendidikan bagi generasi penerus untuk mengetahui bagaimana perjuangan pendiri bangsa khusunya Bung Karno.

“Bung Karno waktu di Ende telah terinspirasi mengenai pancasila karena itu pemutaran film ini kami menyambut baik dan harus disebar luaskan ke PTS-PTS yang lain maupun PTN dan kalo perlu seluruh rakyat Indonesia, ”kata Seonarto. 

Pihak UBK memberikan apresiasi kepada Kemendikbud yang sudah membuat film Bung Karno dan kepada mahasiswa UBK yang antusias nonton, juga perlu mendapat apresiasi.

“Saya memberikan apresiasi, selaku rektor, saya berharap mahsiswa-mahasiswa Universitas Bung Karno harus meneladani perjuangan dan pendiri bangsa. Berjuang untuk memperoleh kemerdekaan dengan semangat juang yang tinggi dan pantang menyerah walaupun dalam situasi sangat sulit, ‘’tuturnya.

Dia mencontohkan waktu Bung Karno di Ende diawal itu dijauhi oleh masyarakat karena takut , tapi tanpa pantang menyerah. Bung Karno melakukan pendekatan kepada mereka akhirnya diterima dengan baik oleh masyarakat Ende, teruatama masyarakat Gereja Katolik.