Emir Purnama
Kata panca dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya adalah ‘lima’ . Pada hakikatnya kata panca merupakan kata yang sangat universal dan luas. Bagi seseorang yang memberikan kata panca untuk di isi dan diberi makna serta usur-unsur yang bersifat membangun, mempersatukan dan menyadarkan orang lain.
Sebagian besar Rakyat Indonesia sudah tidak asing lagi mendengar maupun melihat, membaca dan mempelajari berbagai literatur, buku, taks, selembaran ataupun seruan yang mengandung kata itu. Seiring perkembangan dan kemajuan sejarah bangsa Indonesia, kata panca pun menjadi sangat familier disaat founding father (bapak pendiri) bangsa Indonesia, menggali kata panca tersebut untuk dipelajari dan diterapkan dalam setiap perilaku dan aktivitas rakyat Indonesia dalam bernegara dan berbangsa.
Melihat kondisi yang saat ini dirasakan dan dialami oleh sebagian besar rakyat Indonesia kata ‘panca’ mulai tergerus dengan kata-kata yang tidak mencerminkan jati diri bangsa yang terkenal dengan kesopananya. Dengan arus globalisasi dan hegemoni dari pihak yang sangat berseberangan dengan kultur dan natur bangsa Indonesia, mereka mencoba untuk meracuni rakyat Indonesia terutama generasi muda dengan kata-kata yang bermakna tidak sopan dan cenderung tidak pernah ditemui dalam kamus besar bahasa Indonesia.
Berangkat dari masalah yang dirasakan oleh rakya Indonesia, kita harus mempergunakan kata-kata yang sesuai dengan kultur dan natur bangsa Indonesia dan mempergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sebagai generasi bangsa kaum mahasiswa menjadi pilar penting dalam menyelesaikan masalah tersebut. Mahasiswa sebagai agen kontol sosial dan agen perubahan sosial yang tingkatannya berda di atas dari semua jenjang orang-orang yang berpendidikan harus memberikan suatu gebrakan untuk memberikan solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah yang dirasakan oleh Rakyat Indonesia.
Melihat keresahan yang di rasakan oleh rakyat Indonesia, tentang penggunaan dan penerapan kata-kata yang mengandung makna yang tidak baik akan melahirkan berbagai macam masalah yang akan memperparah diranah sosial, agama, maupun moral dan budaya.
Oleh karena itu penggunaan kata panca harus di kembangkan kembali untuk di isi dengan makna dan pengertian-pengertian yang bersifat membangun, mempersatukan dan menyadarkan. Bukan bertujuan untuk menandingi atau menentang penggunaan kata panca yang sudah ada sebelumnya di Indonesia.
‘Lima Panca CInta’ adalah suatu gebrakan untuk menjadi pedoman baik teori maupun praktek untuk mahasiswa dalam menangani masalah yang di rasakan oleh rakyat Indonesia pada saat ini. Lima Panca CInta itu adalah :
1. Cinta Belajar
Kecintaan terhadap belajar adalah suatu dasar atau pokok dalam menyelesaikan semua problematic yang dirasakan oleh Rakyat Indonesia. Dengan belajar mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan, wawasan dan ide-ide untuk menyelesaikan gejala-gejala yang timbul baik di alam, sosial maupun pikiran. Tanpa belajar hanya omong kosong belaka untuk bisa menyelesaikan semua problematik yang di rasakan oleh rakyat Indonesia.
Belajar yang dimaksudkan adalah bukan hanya belajar atas teori-teori yang telah dipelajari pada umumnya dari buku-buku maupun dari dosen, tetapi belajar yang ditekankan adalah belajar dari pengalaman, belajar melihat situasi dengan objektif dan terutama sekali adalah belajar dari Rakyat. Belajar dari Rakyat membawa kita untuk tahu apa yang harus dilakukan dan dikerjakan oleh kita untuk membatu dan mengatasi semua masalah yang timbul di masyarakat.
2. Cinta Bekerja
Bekerja yang dimasksudkan bukan bekerja seperti buruh di pabrik-pabrik atau petani di perkebunan yang mendapatkan upah ketika selesai dalam mengerjakan pekerjaannya. Tetapi bekerja yang dimaksukan adalah bekerja dalam sektor-sektor yang dikuasai yang sifatnya tanpa pamrih dan bekerja sesuai keinginan Rakyat.
Tanpa bekerja tidak mungkin masalah tersebut dapat terselesaikan. Bekerja secara bersama-sama dan berkelanjutan adalah metode kerja yang sangat efektif dan efesien untuk mempercepat terselesaikannya masalah yang di rasakan oleh Rakyat Indonesia. Kecintaan kita sebagi mahasiswa dalam bekerja adalah salah satu factor untuk menimbulkan dan memelihara kesetian, kepekaan dan kepedulian atas semua masalah yang timbul di masyarakat.
3.Cinta Rakyat
Rakyat adalah mahluk yang sangat mulia. Tanpa Rakyat dunia ini terasa hampa, dan hanya ruang-ruang yang kosong dan gelap. Tetapi Rakyat yang dimaksudkan bukanlah Rakyat dalam artian yang universal. Bukan bermaksud untuk menciptakan suatu bentuk diskriminasi, tetapi bertujuan untuk mengembalikan kesadaran kita sebagai mahasiswa siapa Rakyat yang harus dibela dan siapa rakyat yang harus dilawan. Sudah sangat jelas Rakyat terbagi antara dua golongan (klas), yaitu golongan (kalas) yang menindas sekaligus menghisap, dan golongan yang tertindas dan terhisap. Dengan mengerti adanya golongan rakyat yang seperti itu, kita sebagai mahasiswa dapat menyeleksi siapa yang harus dan pantas untuk kita bela dan siapa yang harus kita lawan bersama.
Dalam hal kecintaan terhadap Rakyat ini harus diberikan suatu kekhususan yang mendalam agar tidak salah dalam menyelesaikan problematik yang timbul di masyarakat. Bersama dengan rakyat yang tertindas kita mampu mempersatukan kekuatan untuk melawan adanya penindasan dan penghisapan.
4. Cinta Tanah Air
Cinta akan tanah air adalah instrument yang pokok untuk menumbuhkan jiwa patriotisme. Sebagai mahasiswa harus mencintai tanah air secara menyeluruh dari sabang sampai marauke, dari miangas sampai pulau rote. Walaupun banyak sekali pulau-pulau yang terbentang dan banyak sekali suku-suku bangsa yang ada di Indonesia, kita sebagai mahasiswa harus mampu mepersatukan tanpa bercerai berai untuk menyelesaikan problematic yang di rasakan oleh Rakyat Indonesia. Untuk menyelesaikan masalah tersebut haruslah mempelajari sejarah tanah air kita seratus tahun yang lalu.
5. Cinta Ideologi
Sila kelima harus di jelaskan seca konferhensif dan mendalam. Kita sebagai mahasiswa mengenal banyak sekali ideologi yang ada di dunia ini. Kecintaan terhadap ideologi yang dimaksud adalah ideologi yang bersifat dan memiliki pandangan yang memihak kepada Rakyat yang tertindas.
Walaupun berbeda-beda dalam mempelajari dan meyakini ideologi bukan menjadi halangan untuk terciptanya suatu persatuan dan perubahan dalam tubuh mahasiswa. Ideologi yang tidak bersifat dan tidak memiliki pandangan yang memihak kepada kepada Rakyat yang tertindas bukan suatu ideologi yang dapat diterapkan, tetapi ideologi tersebut harus di lawan dan dihilangkan dari muka bumi.
Lima Panca Cinta tidak akan berarti apa-apa jika kelima panca cinta tersebut tidak dipelajari dan diterapkan dalam praktek.
Penulis Adalah Mahasiswa Universitas Bung Karno, Fakultas Hukum dan Pengurus LPM Marhaen UBK