Eko Santoso
 
Marhaen- Jakarta, Jangan sekali sekali meninggalkan sejarah itu pesan Bung Karno kepada generasi penerusnya. Memang terkadang kita merasa jemu dengan sejarah karena hanya menengok kebelakang dan selalu membicarakan peristiwa peristiwa dimasa lampau yang belum tentu terulang kembali. Namun untuk menjawab persoalan persoalan bangsa saat ini sejarah sangatlah penting karena apa yang terjadi pada masa sekarang merupakan rentetan dari peristiwa dan akibat dari peristiwa di masa lalu. Perjalanan politik bangsa ini selalu bergerak dinamis dari masa ke masa dengan bentuk yang berbeda beda pula.

Ratusan tahun lamanya perjalanan sejarah dari Nusantara hingga sampai pada Indonesia saat ini, setidaknya ada sesuatu yang bisa kita pelajari guna membangun negara kita kedepanya. Gagasan munculnya politik Nusantara menjadi menarik untuk dipelajari, ketika kita mendengar istilah Nusantara tidak bisa dilepaskan dengan ketokohan Gajah Mada yang pada waktu itu merupakan mahapatih dikerajaan Majapahit. Namun sebetulnya pertama kali yang mempunyai gagasan politik Nusantara adalah Kertanegara. Kertanegara merupakan raja dari kerajaan Singhasari yang berkuasa pada tahun 1254, latar belakang gagasan nusantara adalah ketika kertanegara tak ingin tunduk terhadap kekuasaan kaisar Tiongkok Kubilahi Khan yang pada waktu itu gencar melakukan penakhlukan kerajaan kerajaan di sepanjang pantai Asia. Perlu kita ketahui Kubilahi Khan adalah cucu Jenghis Khan, penguasa Mongol yang mampu memperluas jajahanya sampai ke Eropa.

Korea, Campa, Annam dan Kamboja berhasil dikuasai Kubilahi Khan. Daerah daerah yang dikuasai harus menyerahkan upeti dan memaksa Rajanya untuk datang ke Istananya. Namun usaha Kubilahi Khan untuk menguasai negeri Melayu terbentur dengan kekuasaan raja Kertanegara yang pada waktu itu telah membina hubungan dengan negeri Melayu. Pada tahun 1275 Kertanegara mulai melakukan Ekspedisi ke negeri Melayu dengan mengirimkan tentaranya untuk memberikan hadiah kepada raja didaerah tersebut kemudian juga dilakukan pernikahan politik dengan dikirimnya putri Melayu untuk menikah dengan Kertanegara hal ini merupakan bentuk penundukan suatu daerah tanpa harus ada pertumpahan darah. Memang  pada waktu menguasai Melayu, Singhasari sempat menggunakan kekerasan dengan maksud membebaskan Melayu  karena disana pengaruh Tiongkok begitu kuat namun dengan kesamaan sikap tak mau tunduk dengan Kubilahi Khan akhirnya mereka bersatu. Setelah Melayu tunduk tentara Singhasari dilibatkan dalam membantu jalanya pemerintahan. Sehingga tentara Singhasari juga ikut campur dalam urusan pelabuhan, kapal kapal asing harus membayar bea apabila ingin masuk ke negeri Melayu.

Adanya tentara Singhasari di Melayu dianggap saingan besar terhadap kekuasaan Tiongkok di Melayu, memang sejak jaman Sriwijaya,Tiongkok dengan Melayu telah menjalin kerjasama bahkan raja Sriwijaya dan Melayu pernah beberapakali menghadap kaisar Tiongkok. Pada tahun 1280 kaisar Tiongkok juga pernah mengirim utusan ke Jawa dengan permintaan agar Singhasari menghadap kaisar, namun permintaan itu selalu diabaikan oleh Kertanegara. Kesal permintaanya tak diindahkan kemudian Kubilahi Khan mengirimkan utusanya kembali yang bernama Meng Ki untuk menyampaikan surat bawasanya Singhasari harus tunduk dibawah kekuasaan  Kubilahi Khan, Kertanegara yang merasa dirinya kuat dan berdaulat membalas surat tersebut dengan tantangan bahwa Kertanegara tidak akan tunduk pada kekuasaan Kubilahi Khan dan ketika utusan Meng Ki kembali ke Tiongkok dengan membawa balasan surat tersebut membuatnya begitu marah sehingga dipersiapkanlah pasukannya yang terdiri dari tentara Mongol menyerang Singhasari untuk membalas hinaan tersebut, tetapi tentara Tar Tar atau pasukan Mongol yang diperintah Kubilahi Khan datang ke Singhasari ketika Kertanegara telah wafat dan masuk pada masa awal awal terbentuknya Majapahit oleh Raden wijaya.

Pada hakekatnya Nusantara berarti “negara atau pulau lain” yakni negara diseberang laut diluar pulau Jawa. Dengan demikian gagasan politik Nusantara adalah progaram politik Kertanegara untuk menggabungkan negara negara diseberang lautan dengan Singhasari untuk mencegah mengalirnya kekuasaan kaisar Tiongkok di Nusantara. Politik Nusantara diawali dengan penguasaan Melayu yang pada waktu itu menguasai lalu lintas kapal diselat Malaka. Melihat peta politik yang dilakukan Kubilahi Khan yang sedang melakukan penguasaan di Tiongkok, Jepang dan bergerak ke negeri negeri selatan merupakan momok yang mengancam Singhasari dan negari Nusantara lainya hal ini membuat Kertanegara memikirkan keselamatan negerinya sendiri, maka ia membentuk persekutuan dengan negara negara lain dan negara diluar Nusantara seperti Campa dengan menjalankan politik perkawinan dan persahabatan guna menghadapi pasukan Kubilahi Khan.

Nampak  jelas jejak sejarah dari jaman dahulu hingga sekarang Indonesia selalu berhubungan dengan negara asing karena letak wilayah kita yang strategis dalam jalur perdagangan internasional. Sikap politik Kertanegara yang tak mau tunduk dalam kekuasaan Kubilahi Khan sangatlah patut kita apresiasi, ia mengajarkan kepada kita tentang pentingnya menjaga kedaulatan dan harga diri bangsa tak tanggung tanggung yang dihadapi Kertanegara merupakan penguasa dunia pada jamanya. Sebut saja apa yang dilakukan Kubilahi Khan adalah imperialisme kuno, melakukan penakhlukan penakhlukan untuk mendapatkan upeti dari setiap kerajaan yang menjadi jajahanya. Aliansi yang dibangun oleh Kertanegara dengan politik Nusantara adalah upaya mencegah masuknya kekuasaan Kubilahi Khan ke Nusantara. Berangkat dari semua yang telah diceritakan diatas semangat Nusantara adalah semangat persatuan, karena persatuan merupakan kekuatan dasar dalam membangun sebuah bangsa untuk melawan segala bentuk intervensi asing, membangun kedaulatan dan kemandirian bangsa.