Laporan: Bobby - Mahasiswa UBK


Marhaen, Jakarta - Dalam menyambut hari raya yang menandai pergantian kalender lama ke kalender china baru (Imlek) beberapa Vihara mengadakan persiapan tak terkecali di vihara avalokitesvara, Mangga Besar, Jakarta barat, kamis dini hari (19/2) yang mengadakan dua sesi kegiatan. Sesi pertama dimulai pada pukul 7 malam hingga 9 malam tadi dan sesi keduanya dimulai pada pukul 11 malam hingga pukul 1 dini hari ini.

Terdapat tujuh poin dalam persiapan imlek ini, diantaranya adalah acara pertama adalah bersih-bersih rumah, kedua kumpul bersama dengan ditandai dengan makan bersama. ketiga saling memberikan doa restu yang tua membagi-bagikan angpao kepada yang lebih muda, keempat poin ini memasuki puncak acara ditandai oleh ornamen-ornamen yang didominasi oleh warna merah dan kuning emas warna merah ini dapat diartikan sebagai keberanian dan warna kuning emas ini memiliki arti bahwa mengajari kepada kita dalam mengambil suatu keputusan sebaiknya dilakukan dengan cerdas, kelima adalah rumahnya bagi siapa saja untuk saling bersilahturami dan keenam ditandai dengan sembahyang tuhan alah paitikong atau bersyukur kepada yang maha kuasa yang terakhir ditandai oleh cap gomeh.

Ratusan lilin kecil dan besar berjajar di sepanjang selasar ruangan. Lilin-lilin itu digunakan untuk membakar hio dan kim sebelum sembahyang. 

"Dalam setiap tahunnya di bakar dua buah lilin yang dipersembahkan kepada dewa rejeki dan dewa keselamatan dimana lilin-lilin ini dalam setiap tahun mengarah kepada arah yang berbeda-beda, dan tahun 2015 ini mengarah ke barat," kata Hansen (Pengelola vihara) kepada LPM Marhaen.

Suhu Beni menyatakan, di dunia ini ada dua hitungan kalender, hitungan yang pertama adalah menurut hitungan solar kalender atau kalender masehi dimana dalam kalender masehi sering kita kenal nama-nama bulan seperti januari hingga desember dalam setiap tahunnya. Hitungan yang kedua adalah dari imlek, imlek adalah hitungan rembulan yang khusus bagi orang tionghoa memiliki ilmu dalam penghitungannya setiap tahunnya selalu bergulir berbeda dan diberi tanda dengan angka langit  dan bumi  angka langit ada 10  dan tahun 2015 ini disebut angka kayu. Arti dari kayu adalah pertumbuhan dan perubahan  angka bumi ditandai dengan sikap binatang dan tahun ini umat tionghoa menyebutnya sebagai tahun kambing  yang diyakini membawa rejeki dari langit membawa perubahan.

"Agar setiap manusia tidak saling menyalahkan satu sama lain atau mengeluh, tidak melakukan perbuatan negatif. Bangkitkanlah jiwa positif di dalam diri kita, tingkatkanlah rasa kepedulian terhadap sesama manusia dengan bertutur kata yang baik serta menjalankan segala sesuatunya dengan senang hati tanpa pamrih," ujar Suhu Beni.

Persiapan Imlek ini terbuka untuk masyarakat umum dan ratusan umat budha, yang mana lantai satu untuk berdoa secara pribadi dan lantai dua untuk berdoa secara berjamaah.