Eko Santoso


Marhaen, Jakarta-Museum Kebangkitan Nasional mengadakan Seminar Tokoh yang membahas tentang Maria Walanda Maramis pada kamis (22/10),  Maria merupakan pahlawan wanita dari minahasa yang berkontribusi dalam gerakan emansipasi wanita untuk mengangkat harkat dan melepaskan diri dari belenggu ikatan ikatan adat yang membatasi ruang gerak wanita.

Dr. Yuda B. pembicara pertama dalam seminar tersebut mengatakan, tokoh wanita di Indonesia baru muncul pada awal abad 20 dan sangat mengambil bagian dalam sejarah bangsa indonesia.

"Maria Walanda  membentuk organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Turunanya (PIKAT). Sifat Feminisme indonesia yaitu untuk menggali potensi dalam dirinya, tidak boleh kebablasan dan anti terhadap laki-laki," tandasnya.

Pembicara kedua Peter Kasenda  mengatakan . Dari ratusan pahlawan di Indonesia hanya 10 sampai 12 tokoh wanita. Maria Malanda jarang disebut dalam sejarah bangsa indonesia karena hanya ada 3 buku yang bercerita tentangnya.

"Sama dengan Kartini, Maria Malanda  sangat diperhatikan kolonial Belanda tidak seperti  Cut Nyak Dien dan Cut Mutia yang dibenci karena berani melawan pemerintahan kolonial. Namun Maria Walanda sangat kritis terhadap budaya barat,"  pungkasnya.

Acara tersebut diakhiri dengan rekomendasi agar sejarah tokoh Maria Malanda Marawis  harus ditulis ulang sesuai sumber-sumber primer yang ada.