Maharani Putri
Marhaen,
Jakarta -
Pembangunan Bandara Kulon Progo yang akan dimulai pada bulan Mei
2016 menimbulkan pro kontra dalam
masyarakat yang terdampak yaitu sebanyak 11.000 jiwa di kecamatan Temon, kabupaten
Kulon Progo menggantungkan hidup mereka di tanah tersebut.
Pembangunan Bandara Kulon Progo
merupakan bagian dari megaproyek Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan masuk dalam
salah satu proyek strategis. Pembangunan bandara tersebut menyebabkan pro
kontra pemerintah daerah dengan masyarakat sekitar.
“Pemerintah
Daerah sudah pasti mendukung pembangunan bandara ini, hal ini bisa dilihat di
ILP yang dikeluarkan oleh Pemda. Sementara masyarakat sudah tentu menolak, data
BPS Kulon Progo mencatat ada 11.000 jiwa masyarakat yang menggantungkan hidup
mereka di atas 645,35 hektar lahan pertanian produktif,” Ujar Enda sekber Jogja
pada Rabu (06/04)
Enda juga
menyebutkan bahwa, pembangunan bandara tersebut tidak ada sisi positifnya bagi
masyarakat dengan menilai hal tersebut sebagai upaya sisitem kapitalisme
melakukan ekspansi geografis untuk akumulasi profit.
“Dalam
konteks ini tidak ada dampak positif bagi masyarakat ketika kita berbicara
pembangunan, petani akan kehilangan mata pencaharian dan rumah ketika digusur.
Lahan pertanian produktif tidak ada lagi,” tambah Enda
Dia juga
mengharapkan pembangunan bandara tersebut dihentikan segera serta mengajak
semua elemen untuk mengawal dan mengadvokasi pembangunan ini.
“Kepada
semua elemen kita harus terus mengampanyekan, mengawal, dan mengadvokasi pembangunan
bandara ini karena selama ini berita beredar tidak sesuai dengan kondisi di
lapangan dan tidak terekspos, sehingga saya mengajak kepada semua elemen untuk
mari kita bersama menolak pembangunan bandara ini,” kata Enda.
\
0 Comments