Oleh. Dadan Rizwan Fauzi
Foto : google.com
Marhaenpress- Beberapa hari yang lalu tepatnya selasa 27 juli 2016 merupakan
hari dimana presiden joko widodo mengumumkan tentang perombakan
dikabinet kerja jilid II nya. Hal ini dilakukan dengan bertujuan untuk
menutupi kekurangan dan kinerja yang dirasa kurang maksimal dalam
merealisasikan program pemerintah Jokowi-Jusuf Kala selaku Presiden
Republik Indonesia periode 2014-2019. Delapan nama baru pun mengisi pos
menteri dalam kabinet kerja jilid II.
Namun banyak publik yang merasa heran atas alasan kebijakan
Presiden dalam mengganti Menterinya, terutama para Menteri yang di
resuffle kemarin dengan alasan yang kurang jelas raport merahnya seperti
Pak Anis Baswedan yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia. Karena selama ini pak Anis dianggap orang yang
Ramah, berintegritas, gak neko-neko terhadap Presiden dalam menjalankan
tugasnya, bahkan diapun merupakan salah satu tim Pemenang Jokowi pada
Pilpres kemarin, dan bahkan selama menjabat Pak Anis Sudah melakukan
banyak terobosan-terobosan yang menurut saya sudah cukup baik dalam
memperbaiki sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Sehingga sebagian
publik memandang pergantian ini merupakan politik balas budi terhadap
para menteri yang baru.
Selama bergelut di Dunia Pendidikan Negara Indonesia Ada
beberapa gagasan cemerlang yang telah digagas oleh pak Anis Baswedan
selama ini , bahkan sebelum menjabat sebagai seorang menteri.
diantaranya, dia pernah memprakarsai tentang gerakan sosial tentang
Indonesia Mengajar, hal itu dilakukannya untuk berbagi pengetahuan dan
pengalaman kepada anak bangsa dipelosok negri. Gagasan lainnya yang
patut diacungi jempol adalah membiasakan anak membaca selama 15 menit
sebelum mengikuti pelajaran disekolah. Bahkan tahun ini pak Anis juga
mengeluarkan kebijakan untuk mencegah terjadinya kekerasan dan
perpeloncoan saat Masa Orientasi Sekolah (MOS) melalui Permendikbud
nomor 18 tahun 2016 tentang Pengenalan Sekolah Bagi Siswa Baru. Dan hal
ini saya rasa merupakan suatu terobosan yang positif dalam membenahi
kondisi Gawat Darurat Pendidikan yang ada di Indonesia.
Namun pastinya apa yang dilakukan oleh Presiden dalam
merombak kabinet kerjanya pastilah berdasar dan sudah dipertimbangkan
secara matang akan dampak baik dan buruknya setiap keputusan yang
diambil termasuk keputusan mengganti Mentri Pendidikan dan Kebudayaan
Pak Anis Baswedan yang menurut saya sudah sangat luar biasa dalam
bekerja.
Sebagai mahasiswa yang awam dan masyarakat biasa di negara
ini saya yakin tentunya Tidak ada gading yang tak retak, setiap Menteri
Kabinet Keja Jokowi pasti ada kekurangannya, meskipun tidak menutup
kemungkinan juga disinyalir adanya jatah bagi-bagi kursi dalam
perombakan tersebut.
Dibalik gagasan cemerlang dan kelebihan Pak Anis barangkali inilah kekurangan-kekurangan yang menyebabkan dia direshuffel pada tahap ke dua oleh pak Jokowi.
Dibalik gagasan cemerlang dan kelebihan Pak Anis barangkali inilah kekurangan-kekurangan yang menyebabkan dia direshuffel pada tahap ke dua oleh pak Jokowi.
Pertama, belum meratanya akses pendidikan di Indonesia. Hal
ini bisa dengan mudah kita lihat dalam program pemberian Kartu
Indonesia Pintar ( KIP) sebagai akses untuk mendapatkan pendidikan yang
terjangkau terutama untuk anak bangsa di bagian pelosok Negri. Padahal
ini adalah salah satu perogram andalan Jokowi saat kampanye Pilpres
kemarin dalam bidang pendidikan. KIP diharapkan mampu menjadi solusi
keluhan Pendidikan yang tidak merata dan terjangkau di Indonesia.
Kedua, banyaknya terjadi kasus kekerasan di sekolah yang
menjadi sorotan masyarakat. Seringkali kita melihat anak-anak yang
menjadi korban atas kekerasan yang terjadi di sekolah. Banyak juga kasus
Guru yang dilaporkan oleh orangtua siswa atas dugaan kekerasan menjadi
persoalan yang terus diperbincangkan dari hari hari kehari oleh publik.
Meskipun pada realitanya pihak guru tidak bisa disalahkan 100 %. Guru
sebagai seorang pendidik yang mestinya di gugu dan di tiru menjadi
teladan dianggap tidak mampu memerankan perannya. Mau tidak mau peran
dari Kemendikbudpun juga disoroti.
Ketiga, masalah gonta gantinya kurikulum pendidikan di
indonesia antara menggunakan kurikulum KTSP dan kurikulum 2013, hal ini
sempat membuat public bertanya tanya khususnya dikalangan guru, karena
hal ini membuat para guru kebingungan, siswa kebingungan dan orang tua
pusing untuk menyesuaikan diri. Dan terlihat ada ketidakkonsistenan dari
Kemendikbud dalam menentukan sistem Pendidikan di Indonesia.
Keempat, dilihat dari kualitas pendidik masih kurang dari
target yang ideal, hal ini apabila dilihat dari hasil Ujian Kompetensi
Guru ( UKG) hanya sekitar 40 % peserta yang lulus diatas angka
rata-rata. Hal ini menyebabkan upaya untuk meningkatkan kualitas guru
masih menjadi PR besar yang harus selalu di benahi.
Barangkali hal-hal tersebut yang menjadi alasan Presiden
Joko Widodo untuk mengganti Pak Anis sebagai Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan, karena mungkin hal ini dianggap masih dibawah target dan
belum mampu mendorong Jokowi dalam mewujudkan Nawa Citanya.
Terlepas dari apa alasan sebenarnya yang membuat adanya
resuffle kabinet dibidang pendidikan, yang jelas pembenahan terhadap
sistem Pendidikan yang ada di Indonesia harus terus dilakukan oleh
Pemerintah , karena menurut saya Pendidikan merupakan rahim yang sedang
mengandung anak bangsa, karena kelak dari rahim ini akan dilahirkan
penghuni dan pejuang masa depan. Semoga dibawah kepemimpinan Pak
Muhadjir Effendi sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru
pendidikan indonesia bisa lebih baik dan maju lagi, karena pendidikan
adalah dasar kemajuan bangsa. sesuai yang diucapkan Pak Anis “Menteri
boleh datang dan pergi, tapi Pendidikan harus jalan terus”.
Semoga perombakan kabinet yang dilakukan oleh Presiden
Jokowi ini dilakukan atas dasar niat yang suci untuk memperbaiki Negri
dan menyelesaikan sekelumit permasalahan yang hadir, bukan didasari atas
iba hati untuk bagi-bagi kursi karena jeratan janji Politik Balas Budi.
Dadan Rizwan Fauzi
Mahasiswa PKN UPI
Mahasiswa PKN UPI
Sumber : TimeLine Bangsa Mahasiswa Id : @xnb4633f
0 Comments