ini, ambil dan pakailah, payung teguh beriman
andai kata, hujanmu di situ rusuh tidak keruan
lagian, di hari goyah kini, noni niat ke mana pergi?
biar saja jauh kelana hati, nanti toh kembali sendiri

itu, kok muka nona kenapa tampak muak?
serupa mau melontarkan ikrar yang boyak
asmara, bila sudah jatuh, memang indah
namun jika turun, beralih dapat musibah

maaf aku tak ikut embara, tapi senja akan menjaga kau
pun, selama engkau sedang bersenang-senang meracau
aku sejenak di sini, membantu menjahit langit tersayat
dengan sisa tujuh suraimu, yang terambau di tanah liat

tulat kalau kau hendak pulang, jangan kau tunda lagi
pintu tak terkunci serta lampu tiada aku biarkan mati
nasi segera matang, lauk dan anggur telah tersaji
juga aku yang pasti tengah mandi di kamar mandi


(kumbang, 26 september 2016, lutfhi dwi satrio utomo J)