Ibrahim Tan Mahasiswa Ilmu Politik UBK







Mahasiswa merupakan kekuatan intelektualitas masyarakat untuk menuju suatu perubahan. Coba lihat apa yang terjadi di Indonesia, jika tidak ada Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998.
Mahasiswa mengambil peranan penting dalam menggulingkan sebuah kekuasaan dan menggantinya dengan sebuah tonggak baru, yang mengedepankan demokrasi.

Ibarat gayung bersambut, gerakan mahasiswa dengan agenda reformasi mendapat simpati dan dukungan dari rakyat. Gerakan tersebut pun menjadi monumental karena di anggap berhasil memaksa Soeharto berhenti dari jabatan Presiden Republik Indonesia.

Selain itu, Gerakan Mahasiswa Indonesia mendapatkan momentumnya saat terjadinya krisis moneter pada pertengahan 1997. Dimana harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang dan tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Mahasiswa berada didepan perubahan sebuah sejarah demokrasi dunia. Mahasiswa merupakan sebuah entitas spirit yang menggunakan intelektualitas dan dialektika yang maha dasyat kekuatannya. Mahasiswa memiliki kekuatan energi penuh dengan sifat kreatif, kritis dan dinamis serta kepekaan yang tinggi pada masalah sosial. Mahasiswa yang merupakan satu satuan karakter, mampu menjadi satu gerakan besar yang bukan saja memperjuangkan suatu tujuan, namun berupaya membuat sejarah baru dalam sebuah pembangunan masa depan suatu bangsa.

Sebagai bagian dari masyarakat, mahasiswa memiliki peran vital dan menyeluruh sehingga oleh para pakar mahasiswa dikelompokkan dalam tiga fungsi pokok, yaitu : agent of change, social control and iron stock. Seperti yang sudah dibahas diatas, peran mahasiswa di era reformasi, merupakan sebuah kekuatan yang sejak dulu hadir, dari mulai persiapan kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan hingga pada masa reformasi.

Mahasiswa masih tetap memiliki peran disetiap perubahan yang terjadi di bangsa Indonesia. Namun ada sebuah pertanyaan refleksi untuk melihat kembali strategi gerakan mahasiswa selama ini. Sudah siapkah masyarakat dengan perubahan yang telah dibuat oleh mahasiswa? pertanyaan ini untuk menguji kembali strategi gerakan mahasiswa. Sehingga gerakan mahasiswa tetap mengarah pada cita-cita bangsa Indonesia, dan secara bertanggung jawab memikul beban terhadap perubahan yang dipelopori olehnya.

Sejarah Gerakan Mahasiswa  di Era Reformasi
Pra Kemerdekaan Hingga Kemerdekaan
Sejak Pra Kemerdekaan atau sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945 di deklarasikan, kaum muda Indonesia terutama mahasiswa sudah memperlihatkan peran penting mereka. Dinamika gerakan mahasiswa memang mewarnai kehidupan yang ada di Negara ini.

Hitam-putih bangsa ini pun tak terlepas dari gerakan-gerakan mahasiswa. Terlalu panjang jika kita menuliskan secara ringkas namun tidak menanggalkan lekatan substansi sejarah yang ada. Gerakan mahasiswa ini berperan untuk mendiskusikan dan memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia yang saat itu sedang dijajah oleh Belanda. Gerakan mahasiswa inilah yang kemudian berpikir akan persatuan seluruh bangsa Indonesia untuk mendapatkan haknya untuk merdeka dan menjadi masyarakat yang adil, sejahtera dan beradab. Mahasiswa di Belanda maupun di Jakarta, terus mendiskusikan dan bermimpi tentang kemerdekaan rakyatnya. Berdirinya Boedi Oetomi di tahun 1908, menjadi salah satu bukti peran mahasiswa dalam merebut kemerdekaan. Dari Boedi Oetomo itulah mahasiswa Indonesia mulai mengadakan persatuan untuk mendiskusikan dan memperjuangkan nasionalisme bangsa Indonesia. Bukan hanya di Indonesia, gerakan mahasiswa pun mulai tumbuh di Belanda. Mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang belajar disana mendirikan organisasi-organisasi pemuda Indonesia, seperti Indoneische Vereeninging, Indische Partij, Indische Sociaal Democratische (ISDV) dan lainnya.

Dan dari kebangkitan pemuda yang dimotori mahasiswa tersebutlah, maka pada tanggal 28 Oktober 1928 pada kongres pemuda II, maka dicetuskanlah “Sumpah Pemuda”. Ikrar yang menjadikan seluruh pemuda di Indonesia mengakui bahwa hanya ada satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa, yakni Indonesia. Setelah peristiwa Sumpah Pemuda 1928 dan pergerakan bawah tanah yang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia, dan dibantu juga oleh beberapa orang Belanda yang prihatin dengan kondisi bangsa Indonesia.
Ditahun 1925, saat Jepang berkuasa, Pemuda Indonesia yang terdiri dari angkatan muda dan angkatan tua terus berupaya mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada bulan agustus, angkatan muda yang dipelopori oleh Chaerul Saleh dan Soekarni menculik dan mendesak soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.

Dan pada tanggal 17 Agustus 1945 proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Soekarno, dan berita tersebut diteruskan keseluruh Indonesia. Gerakan pemuda Indonesia, yang didalamnya merupakan gerakan mahasiswa, lewat diskusi-diskusi bawah tanah di Asrama Menteng, Asrama Cikini dan Asrama Kebon Sirih, berhasil membawa perubahan pada bangsa Indonesia, sehingga menemukan kemerdekaannya sendiri. Peran gerakan pemuda tidak habis oleh waktu. Sejak tahun 1908, 1928 hingga 1945, pemuda tetap berkobar dengan pemikirannya yang berani dan kritis untuk memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia. Memang waktu yang panjang untuk menemukan sebuah kemerdekaan, namun dengan strategi gerakan yang tepat bangsa ini telah menemukan nasibnya sendiri. Ditangan gerakan pemudalah nasib bangsa ini berubah, dan ditangan pemuda jugalah perubahan terjadi.

Pergerakan Mahasiswa Pasca Reformasi
Kemerdekaan telah diraih, perubahan telah terjadi. Dimanakah pemuda-pemuda Indonesia setelah kemerdekaan? mereka tetap ada dalam titik kritis dengan pemerintahan yang baru saja terbentuk. Masukan-masukan kritis diberikan para pemuda kepada Soekarno dan Hatta untuk melanjutkan nasib bangsa Ini. Pemuda-pemuda generasi tua seperti Soekarno, Hatta, Amir Syarifudin dan lainnya masuk dalam tubuh pemerintahan baru untuk meneruskan perjuangan pemuda Indonesia, demi terciptanya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan beradab. Gerakan mora (moral movement) yang disematkan kepada gerakan mahasiswa pasca reformasi menjadi salah satu istilah yang sangat sakral sekali.

Sakral karena berbicara tentang moral, berarti berbicara tentang suara hati yang senantiasa merefleksikan kebenaran universal, menolak segala bentuk pelanggaran HAM, penindasan, kesewenang-wenangan, kedzaliman dan otoriterianisme kekuasaan. Suara hati nurani dan gerakan politik nilai (value political movement) menjadi perpaduan pasca reformasi. Hati nurani yang memberi energy konstan dan kontinu sehingga memberi kekuatan abadi yang takkan pernah mati selama manusia yang jujur dengan nuraninya. Sedangkan, gerakan politik nilai (value political movement), merupakan istilah idealis lain yang dikaitkan dengan gerakan mahasiswa. Idealis karena gerakan yang dibangun bukan gerakan politik kekuasaan (power political movement) yang berorientasi kekuasaan seperti partai politik, namun berorientasi terciptanya nilai-nilai ideal kebenaran, keadilan, humanisme (kemanusiaan), profesionalitas, dan intelektualitas dalam seluruh aspek pengelolaan negara. Perpaduan antara gerakan moral dan gerakan politik nilai ini yang menjadikan gerakan mahasiswa sebagai gerakan yang murni (genuine), unik, luas, lintas sektoral, antikekerasan dan kontrol sosial yang teramat sulit dikooptasi oleh kepentingan politik kekuasaan Pasca reformasi, tokoh-tokoh reformasi bersaing lewat dunia politik untuk menjadi pemimpin bangsa ini. Dan beberapa tokoh reformasi, seperti Megawati Soekarnoputri dan Gus Dur berhasil menjadi Presiden Republaik Indonesia (Gus Dur Presiden RI ke-4 & Megawati Soekarnoputri Presiden Ri ke-5), sedangkan Amin Rais menjadi ketua MPR RI pada tahun 1999.

Gerakan mahasiswa dan tokoh-tokoh mahasiswa berupaya untuk terus mewujudkan reformasi di Indonesia. Beberapa keberhasilan proses reformasi yakni Pemilu 1999 yang diikuti oleh banyak partai, kebebasan pers dan media, kebebasan umat beragama (Konghuchu) masuk menjadi salah satu agama di Indonesia), pemisahan POLRI dan TNI,  TNI kembali ke barak, reformasi POLRI (polisi sipil), upaya penumpasan KKN  dan banyak UU direvisi menjadi pro-rakyat. Proses menuju cita-cita reformasi terus berlanjut hingga kepemimpinan presiden saat ini, dan belum tuntas.

Era reformasi mahasiswa mengambil peran sangat besar, sejak awal terjadinya perubahan, hingga pengawalan terhadap perubahan dalam masyarakat akibat reformasi. Gerakan mahasiswa masih tetap berpikir kritis dan memberikan pernyataan sikap terhadap kinerja pemerintah, serta kebijakan-kebijakan. Saat ini peran mahasiswa untuk terus mengawal reformasi masih berjalan.

Mahasiswa Sebagai Tokoh Intelektual Masyarakat
Dalam kehidupan berdemokrasi, masyarakat memiliki hak penuh untuk berpartisipasi terhadap proses pembuatan kebijakan publik. Mulai memilih pemimpin hingga mengkritisi kebijakan yang dibuatnya. Namun kesadaran untuk turut berpartisipasi dalam proses politik ini masih lemah di kalangan yang tidak berpendidikan.

Kalangan dengan ekonomi menengah bawah seringkali dijadikan obyek dari para elite politik guna mendulang suara ketika pemilihan umum dan kebijakan public yang dirumuskan tidak memihak kepada konstituennya yakni kalangan tersebut yang telah memilihnya.
Sebagai kalangan intelektual yang berkesempatan memperoleh pendidikan, mahasiswa miliki tugas wajib yakni dengan membantu yang tidak berkesempatan menggunakan haknya dalam proses perumusan kebijakan publik.

Pramoedya Ananta Toer, pernah mengatakan, “Semua yang terjadi di bawah kolong langit ini adalah urusan setiap orang yang berpikir.”Dan mungkin yang dimaksud Pramoedya adalah kalangan intelektual, mereka yang berpikir dan hidup dalam gagasan-gagasan. Selain itu Noam Chomsky dalam The Responsibility of Intellectuals mengatakan, seorang intelektual dengan status istimewanya berkewajiban memajukan kebebasan, keadilan, kemanusiaan, dan perdamaian.

Kalangan Intelektual yang termasuk di dalamnya mahasiswa, oleh Edward Said dikatakan sebagai pencipta sebuah bahasa kebenaran kepada penguasa, menjalankan kebenaran itu dan senantiasa bersifat oposisi terhadap penguasa dan tidak akomodatif.
Sudah tercatat dalam sejarah, bahwa kaum intelektual adalah mereka yang ada di garda terdepan dalam membela rakyat. Pemimpin-pemimpin awal di era kemerdekaan adalah kaum intelektual, pendobrak ketika penguasa mulai tidak berpihak pada rakyat adalah kaum intelektual
.
Karena kaum intelektual adalah mereka yang hidup dalam gagasan-gagasan, dan pengabdian kepada rakyat adalah pengamalannya. Terkhusus mahasiswa, kiprahnya pun tak diragukan lagi, ketika demokrasi terpimpin sudah mulai tak berpihak pada rakyat, pada 1966 orde lama berhasil digulingkan. Dan pada 1998 ketika orde baru pun sudah tak memihak pada rakyat, mahasiswa kembali mendobrak dan menjadi pelopor dalam penggulingannya, hingga lahirlah reformasi.
Mahasiswa merupakan pelopor perubahan dan merupakan tokoh intelektual dalam masyarakat dan pro pada rakyat. Sudah sepatutnya gerakan dan aksi mahasiswa tidak lepas dari karakter kritis dan ilmiah.