Oleh. Lutfi Utomo
Foto. Lutfhi Utomo
 
satu waktu kelak, siapa akan tahu aku mesiu
mendadak meledak meluluhlantakkan kamu
di aspal kidal dalam rute sepulang kau berodi
kala kau tengah lengah menganan sorang diri

atau justru aku mesiu yang memuseumkan kamu
lebih awal dari ajal, yang tak melulu tepat waktu
“sejarah tak sah, andai tiada menyembahkan darah”
titah paradoks dari raja anu di kastel entah-berentah

barangkali lusa aku bisa menata amor ala onar secara kontinu
dari botol sisa etanol, tetesan petrol, dan sebatang korek kayu
pakan asu nyaris habis, ke mana lagi ini isi asa mesti aku cari?
atau bukan tidak muhal dengan taksa ada yang harus aku curi?

teman aku, dia bilang, “aku sedang ribang hujan mimis”
jawab tanya beta, “kenapa tidak engkau yang merintis?”
ia lantas saja meringis, kemudian kaku kala senja tiba
ternyata itu senjata, hadir menyulih pamit kawan saya