Hari Hadi - MarhaenPress

(Foto : Peristiwa Tragedi Mei 1998/google.com)







Keadaan rumah tiba-tiba ramai yang berada dipinggir jalan raya puspitek serpong dipenuhi para Mahasiswa Instiut Teknologi Indonesia (ITI) yang berjaga keamanan disekitar rumah yang di isi juga sebagian Mahasiwa Institut Teknologi Indonesia (ITI). Ibu ku yang sedang berjualan sembako tiba-tiba menutup usaha nya itu karena ada penjarahan dari masyarakat yang rusuh karena ekonomi sedang krisis moneter. Jalan raya sepanjang dipenuhi massa yang menjarah tokoh-tokoh pembelanjaan sepanjang jalan puspitek sampai pamulang, himbasnya tempat hiburan masa kecil saya juga habis terbakar yaitu Tomang Tol di kawasan pertokohan pamulang-ciputat. Cerita itu selalu saya pertanyakan kepada Ibu setiap ada pemberitaan di televisi tentang Mei 1998 atau yang disebut juga zaman Reformasi.


Hari ini sejak 19 Tahun yang lalu sejak zaman Reformasi, saya beranjak dewasa mulai mempelajari tentang sejarah di Universitas Bung karno Jakarta tempat saya kuliah dan mencoba menganalisa keadaan krisis 1997-1998 itu, dari krisis ekonomi, krisis politik, krisis hukum yang memicu masayarakat turun kejalan mencari keadilanya sendiri,keamanan Negara tergangu oleh kerusuhan-kerusahan besar di kota-kota besar Indonesia yang menyebabkan tidak stabilnya Negara . Puncaknya rakyat dengan penuh amarah menjarah dan membakar pertokoan-pertokohan, Isu rasial dan pelecehan kepada wanita etnis tionghoa bahkan sampai pelanggaran HAM berat seperti pembunuhan dan penculikan para Aktivis Mahasiswa yang saat itu tegas meinginkan Presiden Suharto turun dari jabatannya karena selama 32 Tahun ternyata tidak mampu menciptakan kehidupan yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilian bedasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Krisis Politik yang terjadi pada tahun 1998 adalah puncak dari berbagai kebijakan politik orde Baru yang dengan alasan menjalankan sesuai Demokrasi Pancasila yang sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan kekuasaan Presiden Suharto dan kroni-kroninya. Artinya bukan sistem Pemerintah Demokrasi yang berjalan melainkan sistem Pemerintahan yang Otoriter.

Krisis Ekonomi yang terjadi di kawasan Asia di pereparah dengan merosotnya nilai tukar Rupiah yang menyebabkan melonjaknya harga sembako, angkutan umum dan harga BBM yang waktu itu mencekik rakyat dan diperparah oleh hutang luar negri yang semakin lama semakin besar karena pemerintah yang korupsi.

Krisis Hukum intervensi pemerintah kepada penegak hukum yang harus berlaku adil dalam melayani masyarakat. Bahkan hukum dijadikan alat pembenaran para penguasa dan pengusaha yang pro kepada Orde Baru. Hilang dan terbunuh nya para Aktivis Mahasiswa priode 1997-1998 juga di akui menambah kekacauan saat itu karena di lakukan oleh pihak pemerintah melalui pihak keamanan Polisi/Tentara yang terkenal saat itu adalah Tim Mawar yang menculik para Aktivis Mahasiswa.

Inilah sebab utama gelombang protes besar yang menuntut di adakan sidang Istimewah MPR yang berhasil di duduki Mahasiswa yang menuntut:
1. Adili Suharto dan kroni-kroninya.
2. Laksanakan amademen UUD 1945.
3. Hapuskan Dwi Fungsi ABRI.
4.Pelaksanaan Otonomi Daerah yang seluas-luasnya.
5. Tegakan supermasi hukum.
6. Ciptakan P emerintahan yang Bersih dari KKN

Sejarah hitam dari perjalan Negara Indonesia yang harus kita petik ialah hikmahnya dari perjuangan Mahasiswa priode-priode 1997-1998 untuk masa depan dengan generasi yang cemerlang tanpa dosa masa lalu yang kelam. Semoga keluarga para korban 12-15 Mei 1998 diberi ketabahan dan pelakunya mendapatkan hukuman dan karma yang setimpal karena kebenaran takan pernah tidur dan akan terus belari mengejar kejahatan dan jangan sekali kali meninggalkan sejarah.