(Foto: Diskusi "Quo Vadis Sosio Nasionalisme Indonesia?" oleh LASTIKA'98, Selasa (9/1) /MD) |
Marhaen, Jakarta - Lembaga Studi Kebangsaan 1998 (LASTIKA’98) mengadakan diskusi Lintas Generasi, Selasa (9/1) di Bumbu Desa Cikini, Menteng, Jakarta Pusat. Acara ini dihadiri oleh para aktivis dari lintas generasi, mulai dari tahun 70-an hingga tahun 2000-an.
Diskusi ini membawakan tema “Quo Vadis Sosio Nasionalisme Indonesia? Ketika Kedaulatan, Kemandirian dan Kepribadian di Persimpangan Jalan Kepentingan Global”. Kalimat pertama pada tema tersebut diambil dari bahasa latin yang artinya "Kemana perginya nasionalisme masyarakat Indonesia".
Berdirinya tema tersebut dilatarbelakangi oleh nilai nasionalisme Indonesia yang dianggap akhir - akhir ini semakin merosot karena semakin menguatnya paham individualisme, materialisme, hedonisme dan pragmatisme. Sehingga semangat gotong royong, cinta sesama, pengendalian diri, tenggang rasa dan rela berkorban semakin menghilang dari adab kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun, semangat cinta tanah air dan bangsa lebih mengedepankan dalam bentuk teks, pidato-pidato, seruan pejabat, acara seminar dan diskusi, tetapi implementasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ada kesenjangan yang cukup dalam antara perkataan dan perbuatan.
Lantas, kini “Kemana perginya Nasionalisme Masyarakat Indonesia (Quo Vadis Sosio-Nasionalisme Indonesia) yang berlandaskan nilai-nilai kerakyatan serta berbudi pekerti luhur?” Dimana tali ikat persatuan Indonesia yang saat ini terasa mulai kendur? Ada apa di balik munculnya eksistensi kelompok-kelompok Kontra Nasionalisme Indonesia? Dan sejauh mana kepentingan global memudarkan semangat nasionalisme Indonesia?Pertanyaan - pertanyaan seperti itu yang tentu saja segera menyentil nalar kesadaran Anggota LASTIKA'98 sebagai anak bangsa yang masih bergerak dinamis di era milenial seperti saat ini.
Dengan menampilkan pembicara :
1. Satyo "Komeng" Purwanto (Sekjen ProDEM)
2. Niko Adrian (Dosen Hukum UKI, aktivis 80-an)
3. Karyono Wibowo (Pengamat Sospol dan Intelijen, aktivis tahun 90-an)
4. Marwan Batubara (Pengamat Energi aktivis, 70-an)
Dan di moderatori oleh :
Nuryaman Berry Hariyanto ( LASTIKA'98)
Diskusi yang dimulai pada pukul 13:15 WIB diawali dengan doa dan menyayikan lagu karya W.R. Supratman, Indonesia Raya. (MD/DA)
0 Comments