oleh Rainz
(Gambar Ilustrasi oleh Wikihow) |
Bagian 3
Alarm berbunyi sangat keras, adzan subuh sudah lewat beberapa menit yang lalu, biasanya Zain selalu membangunkan dan mengajakku sholat berjama’ah di surau, tapi aku lupa bahwa dia tidak ada dikosan. Dengan langkah berat dan mata terkantuk aku menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan menunaikan perintah Allah. Lalu, bersimpuh di atas sajadah mengadahkan tangan kepada Tuhan dan bermunajat kepada-Nya.
Matahari pagi mulai menyingsing dari ufuknya,
naik perlahan-lahan dan semakin meninggi sebagai upaya menjalankan titah dari
sang maha kuasa. Cahaya yang menyilaukan dari sang matahari telah menyentuh
atap-atap rumah yang berderatan rapi di kawasan tempat tinggalku ini. Aroma
pagi yang khas dari kota Jakarta telah menyusup pelan-pelan ke dalam setiap
rumah dan mencoba membangunkan segenap pemilik rumah dari lelapnya tidur mereka. Burung-burung yang hinggap di dahan pohon pinus yang ada di halaman kosanku
telah bernyanyi dengan riangnya seperti saling bercerita atau mungkin saja
bernyanyi dengan tujuan mengagungkan sang penciptanya.
Dalam perjalananku ke kampus dengan mobil, aku
masih mencoba menghubungi Zain tapi tetap saja ia tidak mengangkat atau membalas
pesan yang telah ku tinggalkan. Selagi aku terus menghubunginya, aku
mendapatkan pesan medsos dari Nayla. Ia mengatakan telah sampai di parkiran
kampus dan menungguku disana. Aku segara bergegas menuju kampus, karena aku tak
enak membuat Nayla menunggu.
Ketika aku memakirkan mobilku, aku melihat
Nayla dengan rambut poni khasnya sedang duduk di bangku dekat parkiran mobil. Saat
aku menghampiri dan menyapanya, tanpa basa-basi ia langsung bertanya soal
Zain. Bukannya mempersilahkan duduk atau menanyakan kabarku sudah langsung diberondong
pertanyaan darinya. Memang jiwa seorang Jurnalis kampus, kalau sudah penasaran
pasti selalu tidak sabar untuk bertanya. Lalu, aku duduk disampingnya dan menceritakan
dari awal aku menjemput Zain sampai ia meninggalkan pesan singkat dengan
kalimat “3 hari”.
“Aneh sekali yah Za, jika aku jadi dirimu
mungkin juga agak kesal dengan perilaku Zain yang seperti itu..”
“Aku yakin ada penjelasan yang tepat kenapa
si Zain seperti itu, dari tadi aku telah mencoba menghubunginya lagi, tapi
hasilnya sama saja”
“Tapi aku lebih penasaran dengan benda yang
dibuang olehnya saat kalian dijalan tol”
“Maksudmu?”
“Yah aneh saja menurutku, buat apa dia
membuang sesuatu lalu terkesan seperti menutupinya darimu”
“Akupun juga bertanya kepadanya tapi dia
hanya menjawab sekenanya, sudahlah daripada terus saja menyimpulkan yang tidak
tahu kepastiannya, apakah kamu sudah sarapan? Aku lapar nih!”
“Belum”
“Mau ikut sarapan denganku?”
“Boleh, tapi traktir yah?”
“Oke, tapi gantian, nanti makan siang dan
malam kamu yang traktir, bagaimana?”
“Enak saja, itu sama saja aku yang traktir”
“Hahaha, aku bercanda kok, ayuk ke kantin”.
Akupun berjalan dengan Nayla menuju kantin. Letak kantin kampus terletak dibelakang gedung Fakultas Ekonomi. Suasana kampus
mulai dipenuhi oleh mahasiswa-mahasiswa ,terlihat dari kendaraan yang terparkir
telah memadati area parkiran kampus. Kalau ramai seperti ini, kemungkinan kami
tidak akan dapat tempat karena tempat duduk dikantin terbatas. Dan benar
seperti perkiraanku, disaat aku dan Nayla sampai di kantin, tidak ada tempat
yang tersisa karena telah dipenuhi oleh mahasiswa-mahasiswa.
“Bagaimana Nay, masih mau makan disini atau
kita makan diluar saja?”
“Aku sih terserah kamu”
“Ya ampun Nay, aku minta pendapatmu, kalau
jawabanmu terserah sebaiknya kamu pakai untuk pacar-pacar mu saja”
“Ih kok nyambungnya kesana, kalau kita mau
makan di luar, memang waktunya cukup, kan kita masih ada kuliah”
“Memangnya kamu kira kita akan makan dimana? Depan kampus kan juga ada yang jualan makanan”
“Hihihi, aku kira kamu mau mengajakku makan
di restoran”
“Ekspektasimu itu terlalu berlebihan”
“Ya sudah, ayuk”
Pagi itu kami sarapan di depan kampus dengan
mie ayam dan segelas teh manis hangat. Kami duduk bersantai di warkop dekat pedagang jus buah. Sambil menikmati sarapan, kami berdiskusi mengenai berita
yang lagi heboh hari ini, dari persoalan yang besar sampai hal yang kecil. Kami
saling membandingkan pendapat tapi pendapat yang disampaikan oleh Nayla dalam
diskusi pagi ini benar-benar sudah seperti seorang Jurnalis profesional, tajam,
lugas, dan benar-benar tepat sasaran. Aku kagum padanya.
Dulu aku pernah melihat tulisannya dia
mengenai tergerusnya aset negara karena hutang. Tulisan yang bermuat banyak
kritikan itu didukung oleh data-data yang valid serta analisa dari beberapa
dosen Ekonomi dan Politik, menurutku tulisan Nayla itu sangat berbobot namun
entah kenapa ia lebih suka menerbitkannya di media kampus. Padahal menurutku
pembacanya tidak terlalu banyak, namun Nayla mengatakan bahwa kemungkinan
tulisannya naik di media konvensional itu kecil, sedangkan jika di media kampus tulisan apapun yang dikirimkan ke bagian redaksi hampir seluruhnya terbit.
Lagi pula menurutnya pembaca media kampus tidak hanya dari kalangan mahasiswa
tapi juga dari masyarakat.
Kampus Universitas Bung Karno tempat aku
berkuliah terdiri dari beberapa gedung dan juga ada bangunan-bangunan kecil
lainnya, namun yang membuat aku selalu takjub saat pertama kali menginjakkan
kaki di sini, ialah patung sang proklamator bangsa yang tangan kanannya sedang
menunjuk, seakan ia sedang berpidato yang menggebu-gebu di podium yang
didepannya ialah rakyat Indonesia.
Kita bangsa besar, kita bukan
bangsa tempe.
Kita tidak akan mengemis, kita
tidak akan minta-minta
Apalagi jika bantuan-bantuan itu
diembel-embeli dengan syarat ini, syarat itu
Lebih baik makan gaplek tetapi
merdeka, Daripada makan bistik tetapi budak
-Ir. Soekarno-
(pidato HUT Proklamasi, 1963)
Aku selalu kagum dengan Presiden pertama
republik Indonesia itu, yang pidatonya selalu ditunggu oleh rakyat Indonesia, kata-kata
yang penuh inspiratif darinya selalu membuatku terkagum-kagum. Ia selalu
berapi-api dalam menyampaikan pidato itu seperti ia ingin tularkan semangatnya
dan keberaniannya itu kepada seluruh rakyat Indonesia.
Selesai kami sarapan, kami menuju ruang kelas
untuk mengikuti perkuliahan. Nayla duduk disampingku, selain dosen pertama yang
tidak datang, sepertinya dosen yang kedua dan ketiga datang, sepertinya hari
ini akan berjalan seperti biasanya, ketika mata kuliah ketiga berakhir, Nayla
mendekatiku.
“Za, pulang kuliah kamu kemana?”
“Kemungkinan aku langsung ke perpustakaan, aku
masih perlu data untuk melengkapi Proposal Skripsiku, kenapa memangnya?”
“Bagaimana kalau kita cari Zain?”
“Mau cari kemana? Memangnya kamu sudah
menyelesaikan proposal skripsimu?”
“Tentang proposal tenang saja, kan masih ada
waktu 2 minggu lagi sampai pengajuan proposal, aku sepertinya tahu Zain kemana!
”
“Zain kan sudah bilang 3 hari, menurutku
mungkin maksudnya menunggunya selama 3 hari, daripada mencarinya sekarang lebih
baik aku menuntaskan proposal ku terlebih dahulu”
“Kamu ini seperti akan lulus besok saja,
memangnya kamu tidak penasaran sahabatmu itu pergi kemana?”
“Maaf Nay, hasutanmu kali ini tidak akan
membuatku terpengaruh, lebih baik aku menunggunya, sahabat macam apa aku, kalau
mempercayai kata-katanya saja tidak bisa! “
“Wah, wah bahasamu bijak sekali, tapi aku
serius, sepertinya aku tahu dia berada dimana!”
“Kalau begitu, jika nanti kamu bertemu dengan
Zain katakan padanya, hari Jumat nanti apakah ia ingin ikut bertemu dan belajar
dengan Prof Gusti, sekarang sudah hari rabu, dan aku sudah membuat janji
dengannya hari jumat nanti”
“Prof Gusti? kayaknya aku pernah bertemu
dengannya, jangan-jangan, Prof Gusti Widjanarto mantan Rektor serta pendiri Yayasan Widjanarto, yang ia juga pernah jadi narasumber dalam beberapa forum
diskusi Internasional?”
“Iya, dia orangnya, katakan Zain seperti itu”
“Oke nanti jika aku bertemu dengan Zain, aku
akan mengatakan seperti itu, tapi nanti kenalkan aku dengan Prof Gusti yah”
“Tidak janji yah, tapi aku coba usahakan, aku
pergi ke perpus dulu”
“Oke, sampai nanti!”
Hari ini aku harus fokus untuk menyelesaikan
tugasku yang tertinggal. Jika tidak segera aku selesaikan, maka tugas yang lain
akan terbengkalai. Sepertinya aku akan berada di perpus hari ini sampai malam.
Bersambung……
0 Comments