Gisela Ferinda Putri
(ilustrasi gambar oleh Google.com) |
Lahir : 12
Januari 1631, Makassar
Julukan : Ayam
Jantan dari Timur
Nama lengkap : Sultan
Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana
Pasangan : I Bate Daeng Tommi (m. 1654), I Mami Daeng Sangnging (m.1645),
I Daeng Talele
Sultan Hasanuddin adalah Raja Gowa ke-16 dan
pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad
Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe.
Setelah memeluk agama Islam, ia
mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya
saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja.
Oleh Belanda ia di juluki sebagai Ayam Jantan Dari Timur atau dalam
bahasa Belanda disebut de Haav van de Oesten karena keberaniannya
melawan penjajah Belanda. Beliau diangkat menjadi Sultan ke 6 Kerajaan Gowa
dalam usia 24 tahun (tahun 1655).
Beliau merupakan putera kedua dari
Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan
Gowa, ketika Belanda yang diwakili Kompeni sedang berusaha menguasai perdagangan
rempah-rempah. Kerajaan
Gowa merupakan kerajaan besar di
wilayah timur Indonesia yang
menguasai jalur perdagangan. Pada tahun 1666, di bawah pimpinan Cornelis
Speelman.
Kompeni berusaha
menundukkan kerajaan-kerajaan kecil, tetapi belum berhasil menundukkan Gowa
yang dikenal memiliki armada laut yang tangguh. Dan juga pertahanan
yang kuat melalui benteng Somba Opu.
Di lain pihak, setelah Sultan Hasanuddin naik takhta, ia berusaha menggabungkan
kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk melawan
Kompeni Belanda. Peperangan antara VOC dan Kerajaan Gowa (Sultan Hasanuddin)
dimulai pada tahun 1660.
Saat itu Belanda dibantu oleh Kerajaan Bone yang merupakan kerajaan taklukan
dari Kerajaan Gowa. Pada peperangan tersebut, Panglima Bone, Tobala akhirnya
tewas tetapi Aru Palaka berhasil meloloskan diri dan perang tersebut berakhir
dengan perdamaian.
Akan tetapi, perjanjian damai
tersebut tidak berlangsung lama karena Sultan Hasanuddin yang merasa dirugikan
kemudian menyerang dan merompak dua kapal Belanda, yaitu de Walvis dan Leewin. Belanda pun marah
besar.
Lalu Belanda mengirimkan armada perangnya yang besar yang dipimpin oleh
Cornelis Speelman. Aru Palaka, penguasa Kerajaan Bone juga ikut menyerang
Kerajaan Gowa. Sultan Hasanuddin akhirnya terdesak dan akhirnya sepakat untuk
menandatangani perjanjian paling terkenal yaitu Perjanjian Bongaya pada tanggal
18 November 1667.
Pada tanggal 12 April 1668, Sultan Hasanuddin kembali melakukan serangan
terhadap Belanda. Namun karena Belanda sudah kuat maka Benteng Somba Opu yang merupakan
pertahanan terakhir Kerajaan Gowa berhasil dikuasai Belanda.
Hingga akhir
hidupnya, Sultan Hasanuddin tetap tidak mau bekerjasama dengan Belanda. Sultan
Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dari takhta kerajaan dan wafat pada
tanggal 12 Juni 1670. Dan dimakamkan di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
0 Comments