(Foto : Aksi Mahasiswa UNNES Tolak Uang Pangkal (04/06/18) / Zaenal Aripin “Mahasiswa UNNES”)


Marhaen, Semarang - Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) menggelar Aksi Unjuk Rasa Menolak Diberlakukannya Uang Pangkal Dibebankan pada Mahasiswa Baru Tahun 2018 Jalur Seleksi Mandiri berlangsung sejak hari Senin (04/06/18) – Kamis (07/06/18) di Kampus UNNES, Semarang, Jawa Tengah.

Uang Pangkal atau Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) dalam website UNNES "dipatok" mulai dari 5 sampai dengan 25 juta rupiah. Hal ini menjadi pemicu mahasiswa demo agar mahasiswa baru 2018 dapat mengenyam pendidikan murah di UNNES.

Sedangkan menurut Permenristekdikti No. 39 Tahun 2017 menyatakan bahwa PTN hanya "dapat" dan bukan diwajibkan sampai menarik uang pangkal yang jika itu dilakukan harus berdasarkan kemampuan ekonomi dan tidak bisa dipatok jumlah nominalnya (Pasal 8 Ayat 2). 

Dalam klarifikasinya terkait Uang Pangkal atau SPI melalui Akun FB Rektor UNNES Fathur Rokhman (09/06) berjudul “INDAHNYA PAGI HARI YANG ASRI DI KAMPUS KONSERVASI” mengungkapkan penolakan akan menghalangi orang kaya memberikan subsidi kepada masyarakat miskin.

 “.......Mengao uang pangkal (UP) ditolak bila sudah ada Peraturan Menteri. UP/SPI tahun lalu juga diberlakukan dan juga di perguruan tinggi lain. Beberapa kali sudah dilakukan dialog dan dikaji bersama mahasiswa dan tim. Sudah dipahami bahwa UP hanya untuk mahasiswa jalur mandiri. Bukan jalur SNMPTN dan SBMTN. Sudah dipahami pula bahwa masyarakat miskin ada fasilitas tidak membayar biaya kuliah sepeserpun dan tanpa membayar UP/SPI. Artinya nol rupiah. Lalu mengapa ditolak? Yang sebenarnya penolakan ini sama saja dengan menghalangi orang-orang kaya dan mampu memberikan subsidi kepada masyarakat miskin yang tidak mampu membayar UKT, UP/SPI,” tulis dalam statusnya.

Ada 5 tuntutan Mahasiswa UNNES melalui Press Release BEM KM UNNES 4 Juni 2018 yang lalu, diantaranya :

1.  Menolak secara mutlak adanya uang pangkal yang telah menciderai ketunggalan UKT.
2.  Menuntut pemberlakuan UKT yang sesuai dengan kondisi ekonomi mahasiswa.
3.  Menuntut transparansi keuangan Universitas Negeri Semarang (UNNES).
4.  Menuntut dilibatkanya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dalam setiap perumusan kebijakan yang berkaitan dan bersentuhan dengan mahasiswa.
5.  Menolak segala tindakan represivitas kampus terhadap Mahasiswa UNNES.

Aksi damai mahasiswa berlangsung 2 jilid yakni Jilid 1 (04 - 05 Juni) dan Jilid 2 (07 Juni) menyuarakan tuntutan dengan beragam bentuk ekspresi diantaranya mimbar bebas, orasi, pembacaan puisi, permainan musik, performance art, hingga pembacaan sholawat di depan Gedung Rektorat secara silih berganti. 

Aksi Tolak Uang Pangkal tersebut berujung ricuh pada Kamis (07/06) petang karena diduga mobil yang ditumpangi Rektor Unnes Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum menabrak beberapa mahasiswa pendemo saat penghadangan di depan Gedung Rektorat UNNES.

“Hanya gara-gara uang pangkal, harus represif, menabrak, bahkan, menendang mahasiswa. Inikah yang dinamakan kampus konservasi? ? Kampus peradaban ilmu? Semua dipakai untuk mengamankan UANG PANGKAL yang sekian Milyar itu? Sungguh ironi,” tulis Julio Harianja di akun Facebook pribadinya.

Hal tersebut dibantah Rektor Unnes seperti dilansir dari republika.co.id (08/06)


, "Namun yang ingin saya tegaskan, tidakada mahasiswa yang terlindas atau tertabrak mobil saat itu," tegasnya.
(DI – MPH)