(foto: Rahardian P. Paramitha saat memaparkan materi di depan puluhan peserta yang hadir dihari pertama acara Pekan Jurnalistik 2018, (27/11) / Dheny)


Marhaen, Jakarta - Lembaga Pers Mahasiswa Media Publica, Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) adakan kegiatan Pekan Jurnalistik 2018 bertema “Jurnalisme Data Dalam Era Keterbukaan Informasi” yang diselenggarakan di Lab. Humas Fikom.

Ini merupakan acara tahunan bagi LPM Media Publica, dan di tahun 2018 acara ini
berlangsung selama 3 hari. Yakni pada 27-29 November 2018. Setiap harinya, acara
berlangsung selama 2 jam, dimulai pada pukul 10.00-12.00 WIB.

Menurut Ketua pelaksana, Ranita Sari mengatakan kegiatan ini dilakukan selama beberapa hari agar lebih efektif bagi para peserta.

“Kita sengaja pilih waktu di hari berbeda, karena 2 jam adalah waktu yg paling efisien bagi peserta untuk menangkap materi. Karena jika lebih dari itu pasti peserta mudah bosan.” Ujarnya kepada reporter LPM Marhaen di hari kedua acara.

Sementara itu, Ranita Sari juga menjelaskan salah satu faktor diambilnya tema tersebut dikarenakan pesatnya perkembangan teknologi.

“Mayoritas anggota Media Publica adalah mahasiswa Fikom, kita ingin ngerucutin lagi gimana kalo dunia komunikasi dipandang dari mata jurnalistik. Karena keseharian kita sudah akrab dengan teknologi, dan Karena teknologi pun kita dimudahkan untuk memperoleh informasi, maka itu kita coba kaitkan dengan Jurnalisme data” lanjutnya.

Acara ini terbuka untuk umum, panitia tidak mengkhususkan bagi mahasiswa Fikom maupun Universitas Moestopo.
Dihari pertama kegiatan seminar Pekan Jurnalistik 2018 diisi oleh Rahardian P. Paramitha selaku Wapemred Beritagar.id dengan topik pembahasan "Jurnalisme Robot dan Masa Depan Jurnalis" (27/11).
Dalam seminar tersebut Rahardian memaparkan, bahwa jurnalisme Robot di masamasa seka dan masa yang akan datang merupakan sebuah software yang digunakan jurnalis untuk membuat berita yang berbasis data (data grafik).

Ia berpesan bahwa jurnalis tidakperlu takut untuk kehilangan pekerjaannya “karena Jurnalisme Robot hanya digunakan
untuk memperoleh data”, ujarnya.
Ia menambahkan, bahwa hanya pekerjaan repetitif saja yang akan digantikan oleh robot.

Sedangkan, pekerjaan kreatif belum bisa disentuh oleh robot, dalam halnya berita seperti human interest, investigasi, feature dan sebagainya.

Hari kedua Pekan Jurnalistik 2018 diisi oleh Imam Wahyudi selaku Anggota Dewan Pers
dan Dr. Hendrasmo selaku staff ahli Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik. Topik
pembahasan kali ini ialah "Etika Mengutip Data dari Media Sosial" yang berlangsung di Lab.Humas Fikom Universitas Moestopo, Jakarta (28/11).

Dalam seminar tersebut Dr. Hendrasmo menyampaikan bahwa 60% konten media sosial  adalah hoaks, mayoritas hoaks berada pada konten-konten sosial politik dan isu sara.

Dengan banyaknya konten hoaks, Kominfo sudah memblokir lebih dari 800 situs penyebar hoaks untuk mengurangi hoaks yang beredar.

Imam Wahyudi menambahkan bahwa ketika kita mendapat sebuah informasi, pertama-tama tanyakan pada diri sendiri apakah bermanfaat atau tidak. Jika tidak bermanfaat, cukup sampai di kita informasi tersebut, jangan disebar kembali. Namun, jika informasi itu bermanfaat, boleh kita sebar tetapi harus di verifikasi terlebih dahulu.

Kemudian, hari terakhir Seminar Pekan Jurnalistik 2018 diisi dengan topik pembahasan "Jurnalisme Investigasi: Teknik Reportase Berita" bersama Bagja Hidayat selaku Redaktur Pelaksana Tempo.co yang berlangsung di ruang yang sama (29/11).

Dalam seminar tersebut Bagja Hidayat menyampaikan bagaimana cara kerja wartawan investigasi. Pertama, wartawan investigasi harus selalu penasaran. Kedua, wartawan investigasu harus curiga akan sesuatu hal yang belum diverifikasi.

Dengan menggunakan dokumen, bertanya kepada orang yang berada di sekitar tempat kejadian, dan mendengar cerita dari berbagai sumber merupakan senjata wartawan investigasi untuk memverifikasi
suatu kasus.

Rangkaian seminar Pekan Jurnalistik 2018 ditutup oleh penampilan dari WKM Kosmik
Moestopo serta duet Chris dan Marta. (Dheny Permana/MDR)