(Foto : Pembicara dalam Sosialisasi BPIP di Ciputat, 30/08/Dheny)

Marhaen, Tangerang Selatan - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) merangkul organisasi masyarakat melalui sosialisasi untuk menumbuh kembangkan semangat gotong-royong, Jumat, 30 Agustus 2019. Di Fifo Cafe Resto, Ciputat, Tangerang.

Staf khusus Dewan pengarah BPIP, Dr. Lia Kian mengatakan bahwa BPIP memiliki tanggung jawab untuk menjaga ideologi negara.

"Menjaga Pancasila sebagai ideologi negara, dan falsafah hidup, itu adalah tugas kita" ujarnya saat jadi pembicara dalam sosialisasi dengan tema "Gali Mutiara Pancasila dan Tumbuh Kembangkan Semangat Gotong-Royong Bersama Organisasi Masyarakat di Kawasan Jabodetabek".

Ia mengajak masyarakat melakukan kebaikan dalam menjaga nilai-nilai pancasila. Dengan menjadi manusia pancasila seutuhnya. Menurutnya implementasi dari perilaku Pancasila ialah tata laku yang positif.

"Kita hidup membangun tata laku yang positif. Seseorang pintar bukan untuk diri sendiri, tapi  pintar untuk kemaslahatan orang banyak"  paparnya.

Gotong-Royong merupakan nilai inti dari Pancasila, yang jika diringkaskan menjadi Trisila, kemudian diringkaskan lagi menjadi Ekasila. Ia sedikit menyesalkan, "Jika ada paradigma atau tagline, lu-lu, gua-gua, itu harus dirubah" lanjutnya.

Didik Hariyanto, yang dalam kesempatan ini juga menjadi pembicara acara tersebut mengatakan bahwa nilai yang terkandung dalam Pancasila sebenarnya sudah ada sejak dulu.

"nilai-nilai Pancasila itu sudah ada dalam sari pati kebudayaan Nusantara" ujar Didik yang juga berprofesi sebagai salah satu Dosen Pengajar Prodi Ilmu Politik di Universitas Bung Karno.

Meski begitu, menurutnya bukan hal yang mudah bagi Sukarno untuk menggali Pancasila karena ada rintangan-rintangan yang harus dihadapi.

Pembicara selanjutnya, Agus Edi Susanto yang mewakili tokoh Nasionalis dalam acara itu menambahkan bahwa diambilnya nilai-nilai Pancasila dari kebudayaan yang tumbuh di Masyarakat dengan tujuan agar lebih mudah melekat.

"Untuk mempersatukan segala perbedaan. Itu haruslah elemen-elemen yang tumbuh dari masyarakat sendiri, kalo diambil dari luar itu tidak melekat." Tegasnya.

Menurutnya gagasan-gagasan yang tumbuh bermula dari hati yang terusik. Pancasila sendiri ia katakan sebagai meja statis sekaligus leitstar dinamis. Yang mana maksudnya Pancasila merupakan dasar dari bernegara dan berbangsa sekaligus penuntun untuk jalan yang dicita-citakan bersama.

Ia pun mencontohkan suatu kegagalan yang terjadi, dimana ketika pasca reformasi Masyarakat indonesia mengalami kebingungan kemana arah yang hendak dicapai sebagai bangsa. Faktor terjadinya Konsep masyarakat mengambang ia katakan karena adanya kefakuman ideologi saat Orde Baru.


Pewarta : Moehamad Dheny Permana/CA