(Sumber google)
Siang itu, matahari tampak sangat terik. Kabut polusi jalanan silih berganti menghampiriku. Lima belas menit sudah berlalu, akupun masih setia duduk menunggu kopaja jurusan Pasar Minggu. Kopaja memang salah satu angkutan paling ramai diminati orang, karena tarifnya yang murah, hanya saja keamanan di dalam kopaja tidak begitu terjamin. Dikarenakan hampir semua orang mulai dari yang kecil hingga yang tua menggunakan kopaja dalam berpergian. Rumahku tidak dilewati oleh jalur mikrolet. Mau tak mau, setiap pulang sekolah aku selalu menunggu kopaja. Aku tidak sendiri, aku ditemani Lina sahabatku. Karena, rumah kami juga jaraknya memang tidak terlalu jauh.Sambil menunggu kopaja, akupun membuka tas dan mengambil salah satu novel kesukaanku. Aku memang hobi membaca novel. Mulai dari novel tahun 1990-an hingga novel keluaran terbaru. Belakangan ini aku suka membaca novel yang bertema tentang perasaan. Disekolah, aku terkenal dengan sebutan jomblo abadi. Karena dari SMP hingga sekarang sudah menginjak bangku kelas 2 SMA, aku belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Lina, sahabatku bahkan selalu berusaha mencomblangi aku dengan Ketua Osis di Sekolahku. Sebut saja, Rival, Ketua Osis yang baru saja menjabat ini adalah temen kelasku dan Lina. Rival dan aku sudah satu sekolahan sejak SMP dan memang ia sudah menyukaiku sejak SMP hingga sekarang.
Akan tetapi, aku tidak menyukai Rival, Rival adalah sahabatku. Aku tidak mau persahabatanku hancur hanya karena cinta. Aku berfikir bahwa cinta bisa dicari, tetapi sahabat tidak akan pernah terganti. Predikat Lina sebagai mak comblang, tidak akan pernah berhasil menjodohkanku dengan Rival.
Setengah jam sudah berlalu, aku dan Lina masih duduk setia menunggu kopaja. Kopaja jurusan pasar minggu memang selalu ramai, aku dan Lina biasanya menunggu kopaja sepi baru kita naik. Kembali ke novel, sekarang aku sudah memasuki halaman ke 154. Padahal aku baru membacanya malam tadi, aku memang sering membaca novel hanya 2-3 hari langsung kelar.
Sambil menunggu kopaja, aku asik membaca novel dan Lina disebelahku tampak asik memakan cilok. Lina memang penggemar cilok sejati. Hampir tiap hari ia memakannya, bagi Lina sehari tanpa cilok hidupnya terasa hampa. Disela keasikanku membaca novel, tiba-tiba aku mecium bau parfum yang sangat wangi berada tepat disebelahku, tetapi aku tidak menghiraukannya. Akupun lanjut membaca novel. Namun, bau parfum itu semakin kuat sehingga mengundangku untuk melirik ke arahnya. Terlihat tangan berwarna kuning langsat sedang membuka buku.
Akupun tetap diam dan tidak memperdulikannya lagi. Aku terus membaca halaman per halaman. Tetapi, selang beberapa saat rasa penasaranku muncul untuk mengetahui siapakah si pemilik tangan berwarna kuning langsat ini, aku mencoba untuk meliriknya sekali lagi, kali ini aku melihatnya secara keseluruhan dari ujung kaki hingga ujung kepala. Dan betapa terkejutnya, saat aku melihat kedua kali nya ternyata orang yang disebelahku adalah seorang pria yang juga sedang membuka novel yang sama persis dengan novel yang aku pegang sekarang.
Aku hanya bisa diam sejenak dan memutuskan untuk menegakkan kepala hingga pada akhirnya melihat seseorang yang mengganggu kefokusanku. Ternyata dia seorang pria berkacamata dengan mengenakan seragam batik. Yang aku tau, batik yang ia kenakan adalah batik SMA, yang letak sekolahnya tepat berada di seberang sekolahku. Aku memberanikan diri untuk menyapa duluan, dan menayakan sekolah si pria tersebut. Ternyata benar, sekolah kami bersebrangan. Pria itu tiba-tiba senyum melihat novel yang kupegang. Akupun sudah merasa bahwa dia pasti akan membahas novel yang sedang ku baca ini. Ternyata tebakan ku salah ia tidak membahas novel sama sekali, ia malah menanyakan namaku dan mengajakku berkenalan sambil mengulurkan tangannya pertanda ingin berjabat tangan denganku. Spontan aku langsung membalas jabatan tangannya, dan menanyakannya balik. Kita pun langsung membahas novel yang sama-sama kita baca ini, setelah cukup lama berbincang, aku kaget ternyata hobinya denganku sama, yaitu suka mengkoleksi novel.
Setelah hampir sejam berbincang, aku baru menyadari bahwa Lina tidak lagi berada disebelahku. Dia pasti sudah pulang duluan, dan tidak mau menggangguku berbincang dengan Fathur. Iya, namanya Fathur. Anak SMA Pelita Harapan yang berada tepat diseberang sekolahku. Entah kenapa saat berada disebelah Fathur waktu terasa begitu cepat berlalu. Fathur orangnya sangat ramah dan enak di ajak berdiskusi. Selain ramah, aku merasa dia ternyata tipe cowo yang humoris. Gimana nggak, selama berbincang dengannya, aku tidak pernah berhenti tertawa. Sesaat terlintas di pikiranku, dia adalah tipe cowo idalam yang selama ini aku cari.
Tidak terasa, aku dan Fathur berada di halte selama 2 jam lebih. Akupun memutuskan untuk menunggu kopaja bersamanya karena tadi diselang perbicangan kita, ia menawarkan untuk pulang bersama. Dan aku mengiyakan. Tak lama menunggu, kopaja yang akan kita tumpangi pun tiba. Aku dan Fathur pun naik. Sebenarnya rumahku dan Fathur tidak searah. Tetapi Fathur berbaik hati menemaniku naik kopaja bahkan ia ingin mengantarku sampai ke depan rumah.
Aku merasakan jatuh cinta yang begitu amat cepat terjadi. Selama perjalanan dikopaja, kita saling lirik dan tidak mengobrol sama sekali. Entah kenapa dari awalnya asik tiba-tiba jadi salah tingkah. Merasakan hal ini membuat aku berfikir ternyata tidak butuh waktu satu menit untuk jatuh cinta. Aku juga merasa hariku sangat menyenangkan dan akupun beruntung mengenal Fathur.
Oleh : AZNI YEZA LAORA
0 Comments