(Sumber foto: hipwe.com)
Kebetulan dan takdir, tak ada manusia yang dapat menduga ataupun mengetahui rangkaian peristiwa yang terjadi, itupun tak pula direncanakan, karena manusia hanya berjalan dalam untaian waktu, sebab rangkaian benang takdir saling mengait dan terjulur diantara nasib manusia, tak ada kebenaran dalam logika yang mampu menjelaskan kejadian-kejadian yang akan terjadi.
Kami telah tiba di parkiran Kampus, Nayla segera pergi keruangan yang disediakan oleh panitia untuk melakukan briefing, sedangkan aku dan Zain menuju kursi audiens, acara sebentar lagi akan dimulai, tak lama kemudian kulihat para narasumber dan moderator memasuki ruangan Aula.
Narasumber pertama ialah Hendra Kurniawan ia merupakan seorang mantan redaktur media Garuda Nusantara, seingatku media itu dulu sering mendapatkan kecaman dan diskriminasi, karena tulisan-tulisannya yang mengkritik kinerja pemerintah. Sedangkan narasumber yang kedua adalah Mas Jamal yang adalah alumni dari organisasi Pers Mahasiswa yang sama dengan Nayla.
Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, lalu sambutan dari ketua panitia acara dan Rektor, kemudian Nayla sebagai moderator memulai sesi dengan memperkenalkan kedua narasumber tersebut, kulihat Nayla telah mengganti pakaiannya, dengan tampilan lebih Casual ditambah dengan mengenakan Blazer berwarna biru kehitaman dan sepertinya ia pun juga mengenakan make up tipis, berbeda dengan penampilan Nayla yang biasanya, lebih cantik.
Banyak yang disampaikan oleh para narasumber mengenai acara hari ini yang bertemakan peran media ditengah arus derasnya informasi hoax, seperti bahwa media harus sering lebih melakukan check dan recheck terhadap data dan peristiwa yang didapatkan dari reporter, sebab hal ini merupakan dasar dari yang paling dasar untuk mengatasi perihal Hoax, sama dengan ungkapan sedia payung sebelum hujan, maka yang menjadi payung adalah pengecekan data kembali.
Selain itu juga ada sekelumit perdebatan antara narasumber yang mana terkadang ada media yang dengan sengaja atau tidak, ikut menyebarkan informasi Hoax tersebut, dalam hal ini bagi pandangan dua narasumber sedikit berbeda, bagi mas Jamal berita Hoax lebih tinggi minat pembacanya sehingga media sekaliber Nasionalpun ikut memberitakan hal tersebut, namun berbeda dengan pendapat Pak Hendra sebab menurutnya hal ini bisa terjadi karena media hari ini saling berkompetisi untuk cepat dalam memberitakan segala sesuatu sehingga check dan recheck tidak diutamakan.
Meskipun banyak perbedaan pendapat diantara dua narasumber, Nayla mampu menjadi moderator yang handal seperti mengimbangi narasumber, atau menyetop sesi secara halus, memang acara seperti ini membutuhkan seorang moderator yang mumpuni sebab menyudahi perbedaan pendapat antara narasumber membutuhkan jalan solusi yang dianggap efisien atau efektif sehingga dapat diterima bukan hanya bagi moderator akan tetapi juga para audiens.
Ketika di sesi tanya jawab, Zain pamit pulang lebih dahulu, ia mengatakan ingin membaca buku yang tadi belum sempat diselesaikannya sebab dekan barusan mengirim pesan kepadanya yaitu meminta untuk menemuinya besok untuk membahas mengenai judul skripsi, karena aku masih ingin mengikuti acara seminar maka Zainpun pulang ke kostan dengan menggunakan Ojol (Ojek online). Setengah jam kemudian acarapun usai, akupun mengobrol dengan beberapa teman yang sedang berada diluar Aula, obrolan kami seputar acara seminar selain itu juga banyak yang kagum dengan cara Nayla menjadi moderator. Karena hari sudah mulai magrib akupun menuju ruangan Mushola kampus yang terletak disamping kantin kampus.
Selesai sholat magrib, aku menuju mobil untuk pulang ke kostan, saat aku hendak masuk Nayla datang dari belakang dan memanggilku
“Rezaaa” ucap Nayla setengah berteriak
“iya Nay?” jawab Reza
“kamu mau kemana?, Zain Mana?” tanya Nayla
“sudah pulang ke kostan dan aku juga mau pulang, kenapa Nay?” jawab Reza sambil mengambil kunci mobil disaku
“aku ikut yah” pinta Nayla langsung menuju kursi depan mobil tanpa ku iyakan
Terkadang aku agak kesal dengan Nayla karena kalau sudah meminta pasti membuatku harus menurutinya. Mau sekesal apapun kalau dilarang pasti Nayla akan memaksa. Kemudian akupun mengendarai mobil menuju kostan
“kamu mau ngapain Nay ke kostan?” tanya Reza
“main aja” jawab Nayla cuek
“main atau kangen?” tanya Reza dengan nada bercanda
“maksudmu Za?” tanya Nayla seperti tidak mengerti dengan pertanyaan Reza
“ah tidak, sebelum balik ke kostan, aku mau beli makan dulu, kamu mau makan Nay?” tanya Reza
“boleh Za” jawab Nayla
“mau makan apa?” tanya Reza sambil menyetir
“apa saja boleh, Za aku ingin nanya sesuatu?” tanya Nayla dengan ragu-ragu
“soal Zain” tebak Reza
“iya” jawab Nayla
“kamu yakin Nay?” tanya Reza pelan
“iya” jawab Nayla
Kami mampir ke daerah Taman Menteng untuk membeli makanan favorit ku dan Zain yaitu Nasi Uduk dengan tempe orek, selain murah tetapi juga enak, setelah memesan pesanan kami, kami melanjutkan perjalanan menuju ke kostanku.
Kemudian aku menceritakan mengenai pertunangan Zain sampai terakhir kejadian dikafe kemarin, Nayla hanya menanggapi sekenanya saja
“yang jelas Nay, patah hati yang dirasakan Zain mungkin tak dapat aku jelaskan, sebab dari kemarin sampai tadi, ia selalu tersenyum seolah-olah bahwa hal tersebut bukanlah sesuatu yang menyakitkan ” jelas Reza
“aku paham Za, akupun juga pernah merasakannya” ucap Nayla
“sekarang ini yang aku tahu, Zain telah membatalkan pertunangannya, pelan tapi pasti ia akan lupa dengan hal itu semua” jelas Reza
“rasa yang didasari cinta akankah bisa lupa?” tanya Nayla
Aku tak bisa menjawab pertanyaan itu, aku hanya diam dan terus mengendarai mobil. Tak lama Nayla bertanya kembali
“kenapa Zain jatuh cinta kepadanya Za?” tanya Nayla kembali dengan ragu-ragu
Dengan berat hati aku menceritakannya kepada Nayla, padahal aku sengaja tidak menceritakan bagian Aiza, aku khawatir ia akan menangis, tapi karena kulihat kesungguhan dari mata Nayla aku pun mulai bercerita, saat itulah tangisan Nayla pecah
“kenapa Za, kenapa bukan aku yang dicintai oleh Zain?” tanya Nayla dengan menangis
“sekian lama aku menunggu cintanya, kenapa bukan aku Za?”
“kenapa dia harus hadir saat itu, kenapa dia membuatku bahagia Za?” ucap Nayla dengan nada pilu
Tak ada yang dapat aku katakan, aku hanya terdiam dengan pertanyaan Nayla, karena sampai kapanpun aku tak akan mampu menjawab pertanyaannya itu
“jika menangis membuatmu lega, menangislah Nay” jawab Reza
Hanya kata-kata itu yang terucap dariku, aku memang tak tega, tapi jika menangis membuatnya lebih lega, aku akan menunggu.
Setelah menangis terus-menerus Nayla tertidur, selama ini aku kira, perasaan Nayla kepada Zain tidak sedalam ini, jika memang jadinya seperti ini, lebih baik kemarin aku menolak waktu Nayla memaksa untuk ikut pergi, karena dengan begitu ia tidak akan melihat kejadian kemarin.
Tapi sejak kapan Nayla cinta kepada Zain, dibandingkan aku memang Zain yang lebih dahulu mengenal Nayla. Ternyata banyak yang tidak aku ketahui tentang Nayla.
Setengah jam kemudian, mobil kamipun sampai di kostan....
Bersambung............
Oleh : Rainz
0 Comments