(Foto : Ilustrasi/Google.com)

Bicara mengenai anak - anak ubahnya seperti membicarakan sebuah masa depan, terlebih dalam suatu bangsa ataupun negara. Anak - anak merupakan generasi penerus, tunas muda sekaligus aset yang sangat berharga bagi masa depan sebuah bangsa. Karena ditangan mereka lah nasib suatu bangsa akan bergantung, lewat kebijakan mereka pula nanti nya kelak negara ini akan terus ada menuju cita-citanya.

Melihat fenomena anak-anak saat ini khususnya, generasi milenial yang sering juga disebut dengan sebutan " Gen Z ", tidak bisa dilepaskan dari peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), yang telah bergulir sangat kencang.

Namun, apakah dengan segala perkembangan tersebut sudah berbanding imbang dengan adab dan tingkah laku Gen Z yang merupakan tunas serta penerus bagi bangsa ini ?

Boleh kita menengok sejenak pada sekitaran kita,
Fenomena yang terjadi pada Gen Z ini amatlah sangat mengkhawatirkan sampai memaksa kita untuk gigit jari ketika melihat sikap serta perilaku mereka.

Berbanding jauh dengan kita yang merupakan generasi 90 - an, ataupun jika kita mendengar petuah - petuah atau orang tua terdahulu kita, yang mana suatu adab itu sangatlah diperhatikan, dipupuk sejak masa kanak - kanak agar kelak menjadi seseorang yang memiliki kepribadian baik. Contoh; merunduk saat berbicara, hingga berbicara dengan nada yang rendah kepada orang yang lebih tua dari kita.

Sangat disayangkan, karena faktanya, itu semua menjadi suatu hal yang langka ditemukan pada Gen Z ini, apalagi pada kehidupan di kota - kota besar. Bahkan mereka beranggapan bahwa beradab seperti itu dianggap kampungan dan sudah tidak relevan dengan saat ini.
Yang lebih mirisnya lagi, Gen Z ini banyak kita dapati disosial media dengan leluasanya berkata yang memang tidak sepatutnya mereka katakan, ubahnya seperti defisit adab namun, inflasi pongah, sehingga mengakibatkan "Kemunduran Adab".

Tapi, dalam fenomena kemunduran adab Gen Z sekarang ini bukanlah seutuhnya kekeliruan mereka. Pentingnya peranan lingkungan keluarga menjadi sebuah hal yang vital, kehadiran orang tua yang merupakan sekolah pertama sekaligus fondasi penting bagi mereka harus mampu memberikan pengarahan dan mengajak anak-anaknya untuk menerapkan perilaku yang baik entah itu didalam maupun diluar rumah. Ditambah dengan pengawasan untuk segala aktifitas mereka ketika berada didalam rumah maupun diluar rumah, atau tontonan apa yang mereka tonton, dan dengan siapa saja mereka bergaul. Serta memberikan contoh yang baik bagi mereka, karena mereka akan merekam apapun yang orang dewasa lakukan sebab, belum ada kemampuan mereka untuk memfilter segala sesuatu yang mereka lihat maupun mereka dengar.
Jangan hanya ilmu pengetahuan saja yang diperkaya, sedangkan masalah adab malah dikesampingkan.

Karena jika generasi penerus kita di biarkan rusak adabnya, akan bagaimana masa depan bangsa ini ?
Dan bagaimana dengan cita-cita luhur para pejuang negeri ini ?

Kedepan, siap tidak siap, kita juga akan menghadapi fenomena bonus demografi pada 2030 - 2040 yakni, jumlah penduduk usia produktif (berusia 15 - 64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).

Jadi, mari kita rangkul para Gen Z disekitar kita baik itu adik, keponakan, sepupu, bahkan anak tetangga sekalipun.

Memulai dari kita sendiri memberi contoh yang baik, berbudi pekerti, dan adab yang sopan serta santun.
Agar bisa ditiru mereka dan kelak mereka dewasa dengan kepribadian baik bagi masa depan bangsa kita tercinta ini.

Penulis : Neneng Nurastriani, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bung Karno

Editor    : Chaerul Anwar