(Foto: Offie Dwi Natalia dan Renggi Ardiansyah dalam seminar bertajuk "Mental Health Matters"/Anfasya)

Marhaen, Jakarta - Bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang, ditandai dengan perubahan suasana hati. Gangguan ini merupakan salah satu isu kesehatan mental yang perlu diperhatikan oleh masyarakat dunia, termasuk Indonesia.

Dilansir dari laman sindonews.com World Health Organization (WHO) dalam laporannya tahun 2016 menyebut ada sekitar 60 juta orang pengidap gangguan bipolar. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI) menyebut ada kenaikan penderita gangguan mental emosional di Indonesia.

Kasus bipolar sendiri mulai dikenal luas oleh masyarakat Indonesia sejak artis Marshanda mengunggah video sensasional di tahun 2009 lalu. Akibat viralnya video tersebut, mulai lah muncul stigma negatif terhadap si penderita bipolar.

Offie Dwi Natalia selaku narasumber seminar bertajuk "Mental Health Matters"  ini, menjelaskan mengenai stigma masyarakat yang menganggap bahwa penderita bipolar berbahaya bagi lingkungan dan meminta masyarakat harus lebih peduli terhadap penderita bipolar

"Sebenarnya yang menjadi bahaya bagi lingkungan itu ketika si subjeknya sudah melakukan perilaku yang mengganggu. Lalu kita harus lebih aware dan harus lebih bersikap empati  sebagai masyarakat normal atau harus lebih peduli terhadap mereka karna mereka membutuhkan dukungan dari kita,"  ujar Putri Indonesia Jambi 2019 itu di Aula Universitas Bung Karno pada Kamis, (30/01/20).

Di tengah besarnya stigma negatif tersebut, nyatanya masih banyak orang atau komunitas-komunitas mental health yang masih peduli dan bisa menjadi support system bagi mereka, salah satunya adalah Depression Warriors Indonesia (DWI) yang berdiri sejak tahun 2018 .

Delfitria sebagai program director DWI pun turut hadir sebagai narasumber di acara tersebut, ia pun menjelaskan tentang peran komunitas-komunitas mental health.

"Komunitas-komunitas mental health seperti DWI dan lainnya itu, ada untuk membantu dan bersama-sama mencari pengobatan serta bantuan bagi teman-teman pejuang depresi yang merasa sendirian," katanya.

Selain itu, Renggi (22) Mahasiswa UBK, juga seorang penderita bipolar sejak akhir 2019 pun hadir dalam seminar tersebut sebagai narasumber. Ia bercerita tentang pengalamannya  menjadi seorang survivor dan menanggapi respon masyarakat bahkan orang terdekatnya mengenai stigma negatif tersebut.

"Ada, beberapa orang bahkan temen deket yang menganggapnya berbahaya. Jadi mereka menganggap bipolar itu memiliki 2 kepribadian dan hal itu yang dianggap mereka berbahaya. Padahal antara bipolar dan berkepribadian ganda itu beda," tuturnya.

Ia memberikan pesan kepada masyarakat untuk lebih peduli dan memahami para penderita bipolar dan memberikan pesan kepada para pejuang penderita kesehatan mental untuk jangan pernah merasa sendiri.

"Kalo ada temen-temen atau orang sekitar yang menderita bipolar harus dirangkul, dipahami dan dimengerti. Karna orang yang sedang bermasalah itu adalah orang yang sangat butuh pendengar yang baik, bukan orang yang membutuhkan nasihat yang baik," Imbuhnya.

Renggi juga menambahkan kepada para pejuang penderita kesehatan mental untuk jangan pernah merasa sendiri sebagai pejuang bipolar.

"Untuk penderita bipolar diluar sana jangan pernah ngerasa sendiri atau minder dengan stigma-stigma yang ada di masyarakat, karna kita adalah survivor,"  tambahnya.

Penulis : Ayu Rizquina Agustin
Editor   : Chaerul Anwar