(Foto : Moderator, narasumber, peserta dan panitia Webinar LPM Marhaen X Sindo Media pada saat sesi foto bersama/Ayu Rizquina)


Marhaen, Jakarta - Saat ini dalam era 4.0 perkembangan teknologi komunikasi sangatlah pesat. Kemajuan teknologi adalah suatu hal yang tak bisa kita hindari dalam kehidupan ini. Artinya bahwa teknologi merupakan cara pokok rasional yang mengarah pada ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia.

Begitu pun dengan wajah media yang terus berubah dalam perjalanan zaman. Media sekarang tidak lagi berkutat pada media massa yang dihadirkan para jurnalis, tetapi seluruh masyarakat dapat memberikan sebuah informasi melalui jejaring sosial maupun dalam bentuk sebuah forum untuk menyampaikan berita atau pun mencari sebuah sumber berita dalam bermedia sosial.

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Marhaen, Universitas Bung Karno berkolaborasi dengan SINDO Media menggelar webinar jurnalistik berbasis online, dalam program SINDO Goes to Campus (SGTC) bertajuk "Mahasiswa Cerdas Bermedia, Memilah Informasi Tanpa Keliru” yang diadakan pada Jumat, 10 Juli 2020.

Webinar tersebut dimoderatori oleh Rachmaliani Farida Atras dan diisi oleh dua narasumber yakni dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bung Karno (FISIP UBK) Franky Paulus Sutan Roring, S.IP, M.SI serta jurnalis dari SINDOnews Maruf Elrumi. Kegiatan tersebut dimulai pada pukul 13.30 WIB melalui Zoom Meeting dan dihadiri oleh 108 peserta. Kegiatan ini juga ditayangkan secara langsung pada akun youtube SINDOnews.

Dalam webinar tersebut terdapat tiga orang yang menjadi pemenang give away penanya terbaik, salah satunya Anisa Setiani mahasiswi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) jurusan Sastra Indonesia. Dalam sebuah pesan singkat WhatsApp, ia mengatakan bahwa acara webinar jurnalistik tersebut bagus untuk diikuti baik mahasiswa ataupun masyarakat luas agar tidak mudah termakan informasi yang tidak kredibel.

“Bagus banget! Selain dapat ilmu baru tentang jurnalisme berita, kita juga tahu tentang tips-tips agar semua orang tidak mudah terpapar hoax dan penting juga untuk menjadikan media sebagai sumber utama untuk mengetahui keabsahan sebuah berita. Karena, media mainstream sudah pasti mempunyai kredibilitas yang baik di masyarakat," ucapnya.

Anisa pun memiliki cara sendiri yang ia lakukan agar tidak mudah menerima berita atau informasi hoax, ia pastikan bahwa ia menghindari untuk percaya judul berita atau informasi yang bersifat clickbait.

“Sebenarnya cara aku untuk mengetahui sebuah informasi berita itu benar atau tidak, pertama lihat siapa si pengirim atau si penyebar berita tersebut lalu jika pada sebuah berita dapat dilihat dari judul berita atau infromasi yang clickbait sudah pasti isi berita atau infromasinya tidak didukung data atau bersumber dari referensi yang tidak terpercaya,” ungkapnya.

Hal tersebut juga dikatakan oleh Josua Dean Tambunan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bung Karno, ia mengatakan bahwa sangat penting menjadikan media mainstream sebagai sumber literasi informasi agar seluruh masyarakat dapat terhindar dari media yang bersifat menyebarkan berita bohong.

“Sangat penting menjadikan sebuah media mainstream sebagai sumber informasi, supaya masyarakat termasuk mahasiswa lebih cerdas karena media tersebut memberitakan infromasi yang sesuai fakta di lapangan. Dan tidak mudah terpancing oleh media sosial yang bersifat hoax” ujarnya melalui pesan singkat.

Bermedia dapat berdampak positif, jika dapat digunakan dengan bijak dan cerdas. Di Indonesia, masih banyak masyarakat yang mengandalkan informasi dari media sosial seperti Facebook, WhatsApp, Youtube, Twitter, dan lainnya. Ditambah minimnya tingkat literasi informasi dan literasi digital masyarakat yang mengakibatkan media sosial pun menjadi sumber utama penyebaran dan penerima hoax yang terjadi di masyarakat.


Penulis: Ayu Rizquina Agustin
Editor  : Chaerul Anwar