( Foto : Saat berlangsungnya webinar/ Devi)

Marhaen - Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bung Karno menggelar webinar online yang bertajuk “The Dynamics of Indonesia-China Relations in Political Economy and the Changing Global Order” Via Zoom Meeting dan Live Streaming Youtube, Jumat (17/04/2021)

Kerjasama Internasional antara Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok sudah berjalan sejak 13 April 1950. Mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo atas 70 tahun Hubungan Diplomasi Indonesia-Tiongkok, “Saya harapkan hubungan dan kerjasama antara dua negara akan lebih kuat dan saling menguntungkan.”

World Bank dan IMF (International Monetary Fund) memprediksi Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi dunia pada 2024. Kekuatan ekonomi Indonesia menggeser negara-negara Eropa termasuk Britania Raya (Inggris) pada 2020. Melalui strategi kerja nasional yang dimaksud Panca Kerja, terdiri dari penguatan infrastruktur, pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia), penyederhanaan birokrasi, penyederhanaan regulasi, dan transformasi ekonomi. Salah satu modal pembangunan melalui Kerjasama Internasional.

( Foto : Tampilan saat webinar berlangsung / Devi)

Mochammad Fadjroel Rachman selaku Juru Bicara Presiden Republik Indonesia membahas ibukota baru bahwa pembentukan itu merupakan impian Bung Karno,

“Salah satu budaya kemarin, hari senin yang lalu. Saya bersama dengan Menteri PPN, Kepala Bapennas menuju ke Ibu kota negara baru di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Nah, IKN atau Ibu Kota Negara Indonesia ini selain akan menjadi tumpuan impian daripada Bung Karno yaitu menginginkan agar ibu kota itu berada ditengah Kepulauan Indonesia, tepatnya di Kepulauan Kalimantan. Jadi, artinya Presiden Joko Widodo memenuhi impian Bung Karno.” Imbuhnya.

Ia juga menjelaskan bahwa,

“upaya untuk membangun ibu kota negara baru ini akan membutuhkan dana yang cukup besar sekitar 500 triliun rupiah, hanya 1% yang diambil dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), dan 99% nya dari pihak swasta dengan cara mengundang untuk melakukan beragam kerjasama, termasuk mengundang Republik Rakyat Tiongkok, baik pemerintahnya maupun pihak swasta untuk bekerjasama membangun ibu kota negara baru.”

Melalui Undang-Undang Cipta Kerja juga memberikan kemudahan untuk melakukan hubungan perdagangan antara Indonesia dan Tiongkok, Ia menjelaskan

“Presiden Joko Widodo ketika ditelepon oleh Presiden Xi Jinping, saya menyaksikan beliau mengundang Presiden Xi Jinping, baik pemerintahnya maupun kekuatan swastanya untuk datang ke Indonesia memanfaatkan pembangunan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sekarang diharapkan pada 2020 kurang lebih 5%.” Jelasnya

Sejak 2013, Indonesia dan China adalah Komprehensif Partnership Strategic. Namun, pada 2005 Strategic Parnership. Drs. Djauhari Oratmangun sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok merangkap Mongolia memberikan penekanan pada ekonomi, serta sosial budaya. Ia juga menyampaikan bahwa,

“Pada periode tahun 2020, pertumbuhan volume eksport antara Indonesia dan China telah mencapai US$ 78,9M, sehingga menjadi partner dagang terbesar Indonesia saat ini. Dalam bidang investasi Tiongkok-Indonesia sudah mencapai US$ 4,M. Sementara hongkong berada di posisi keempat dengan jumlah US$ 3,5M. Sedangkan dalam bidang Tourism Ekonomi, ia mengatakan bahwa sangat disayangkan di situasi pandemi sangat minim jumlah pengunjung turis yang berkunjung ke Indonesia dari Tiongkok. Pada 2019, jumlah turis yang berkunjung ke Indonesia berjumlah 2,1M Pengunjung.

Pilar sosial budaya, pertukaran budaya kedua negara sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu dan sekarang direfleksikan juga hingga sebelum pandemi, serta dilakukan melalui virtual. Jumlah mahasiswa asal Indonesia yang studi di Tiongkok telah mendekati 16 ribu orang.

Ia mengatakan Indonesia diprediksi akan menjadi leader di sektor digital ekonomi pada tahun 2025 dengan nilai 130-150M serta berharap dimasa yang akan datang semakin banyak mahasiswa Indonesia mengejar ilmu ke Tiongkok, karena kelak mereka akan menjadi jembatan kata-kata bagi hubungan antara Indonesia dan Tiongkok.


Penulis : Devi Oktaviana

Editor : Ayu Gurning