(Foto: kondisi kampus UBK saat pandemi/Suandira)

Marhaen, Jakarta – Universitas Bung Karno (UBK) baru saja melakukan survei yang dikirimkan melalui email kepada Mahasiswa/i pada tanggal 21-25 Februari 2022 kepada seluruh Mahasiswa/i mengenai rencana Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas yang akan diberlakukan dalam waktu dekat.

Melalui Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka Tahun Akademik 2021/2022 secara terbatas. Ini tentu dilakukan sesuai protokol kesehatan yang ketat dan dikombinasikan dengan pembelajaran daring (hybrid), serta disesuaikan dalam hasil survei.

Tidak hanya itu, Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi juga akan melakukan pemantauan secara berkala terhadap aktivitas PTM terbatas di perguruan tinggi dan hasil peninjauan dapat dilakukan mengenai studi perkuliahan. Sehingga, masih ada bentuk tanggung jawab dari mereka sebagai pihak yang membuat regulasi.

Mengenai hal teknis nantinya, Rinaldi Agusta Fahlevie Selaku Wakil Rektor III menuturkan,

“Guna mengoptimalkan perlindungan kesehatan, perguruan tinggi yang melakukan PTM terbatas di wilayah PPKM level 4 juga dihimbau agar membentuk Satgas Penanganan Covid-19 untuk menerapkan Prosedur Operasional Standar (POS) protokol kesehatan kampus. Selain itu, civitas kampus yang mengikuti PTM terbatas harus dalam keadaan sehat dan sudah divaksin”, tuturnya. Saat diwawancarai di ruangannya pada Selasa (01/03/2022).

Dalam rencana awal, PTM terbatas akan dilakukan dengan kuota maksimal 50% dari total Mahasiswa/i keseluruhan setiap ruangan mulai semester dua dan empat. Selebihnya untuk mahasiswa tingkat akhir, bisa dilakukan sesuai jadwal melalui mekanisme yang ada seperti melakukan pengabdian, penelitian, praktek laboratorium serta tugas akhir yaitu skripsi. Pertimbangan ini dihitung atas kapasitas kelas beserta kuota mahasiswa ketika mengikuti perkuliahan.

Kemudian mengenai survei melalui Google Form, Ia juga menambahkan bahwa,

"Saya dari pihak Wakil Rektor III belum mendapatkan hasil laporan dari pihak Tim IT dan Akademik Kemahasiswaan UBK. Untuk itu masih menunggu proses terkait surveinya yang terdiri dari hasil mahasiswa yang sudah divaksinasi maupun yang belum. Lanjut lagi mengenai perizinan dari orang tua mahasiswa/I juga masih kami pertimbangkan, Kalau nantinya observasi yang dilakukan banyak setuju maka PTM akan siap dilaksanakan dan jika belum setuju dari mereka bahwa kegiatan belajar mengajar akan dilakukan secara hybrid,“ ujar Rinaldi.

Adapun syarat bagi Mahasiswa/i yang akan melaksanakan PTM terbatas. Pertama, yakni tidak ada yang terkonfirmasi positif Covid-19. Kedua, wajib memiliki aplikasi peduli lindungi guna mendeteksi surveilans kesehatan. Ketiga, Durasi belajar maksimal tiga jam dalam satu hari. Keempat, Sarana dan prasarana di kelas sudah sepenuhnya disiapkan dari segi akses internet serta menjalankan virtual room di kelas bagi mereka 50% dilaksanakan secara daring di rumah.

Pihak kampus memastikan bahwa persiapan UBK pada PTM yang akan datang sudah cukup matang. Akan tetapi, mereka belum bisa memutuskan apakah mahasiswa melalui survei ini sudah masuk mencapai 50% atau hanya 25% saja dari setiap fakultas. Namun, persentase tersebut juga bisa berubah lantaran mengikuti kebijakan pemerintah dan kondisi pandemi yang terjadi di Indonesia.

Andrea Fairuz, salah satu Mahasiswi UBK mengungkapkan pendapatnya tentang ini, 

“Mengenai Pembelajaran Tatap Muka terbatas telah dinantikan untuk waktu yang cukup lama bagi mahasiswa sebab rasa keinginan untuk belajar efektif seperti masa sebelum pandemi. Mahasiswa juga butuh adaptasi terlebih pada dunia perkuliahan yang mereka sendiri pun terbilang awam akan hal tersebut. Kabar PTM sendiri ini pun juga sudah saya tunggu dari jauh-jauh hari karena saya ingin belajar dengan cara efektif seperti yang biasa mahasiswa lakukan sebelum masa pandemi,“ ungkapnya. Saat dihubungi melalui chat whatsapp.

Lebih lanjut, mahasiswi yang sedari awal masuk belum pernah merasakan perkuliahan di kampus itu  membeberkan pandangannya terkait protokol kesehatan saat PTM terbatas nanti, “Menurut saya sebagai mahasiswi, kita perlu mendukung untuk program pemerintah ini, agar pembelajaran jarak jauh tidak dilakukan sepenuhnya dalam Kegiatan Belajar Mengajar, Sebagai bentuk antisipasi, kita akan kembali memegang kuat prinsip untuk mematuhi protokol kesehatan yang ada supaya sama-sama aman dan jauh dari kata ‘positif’. Kalau mau, kampus kita gunakan sistem hybrid yang dimana sistem ini memungkinkan kampus dan isinya memiliki persentase yang kecil untuk tertular dari lingkungan kampus,” tambah Andrea.

Tentu diharapkan, semua berjalan lancar dan tidak ada klaster baru di kampus. Jika percobaan PTM terbatas dirasa aman, mungkin akan ada peningkatan secara bertahap, paling tidak sekarang mencoba terlebih dahulu agar terbiasa nantinya, kemudian Mahasiswa/i juga harus patuh pada protokol yang semestinya dilakukan sementara pihak kampus harus bisa menjamin kesehatan dengan baik, kelak juga memberikan edukasi serta tidak berhenti untuk mengevaluasi diri dan memperbaiki hal yang dirasa masih kurang dalam penanganan Covid-19.


Penulis : Suandira Azra Badrianan

Editor : Dika Maulana