Marhaen, Jakarta - Untuk mengedukasi masyarakat terkait limfedema dan nyeri, Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) mengadakan acara bertajuk "Obrolan Akhir Minggu Sahabat-Sahabat YKPI, Tanya Jawab Limfedema dan Nyeri". Sabtu (19/03/22).
Kanker
Payudara adalah suatu kanker yang terbentuk di sel-sel payudara. Biasanya,
penyakit ini ditandai dengan benjolan kecil di sekitar dada, keluarnya darah
dan pembengkakan di puting. Umumnya menyerang wanita dan jarang terjadi pada pria (meskipun tetap bisa berisiko) di rentang usia produktif mulai dari 30-50
tahun. Ada pasien yang tingkatan kanker-nya masih awal dan adapula yang sudah sampai
tahap stadium akhir.
Kasus Kanker Payudara hingga kini masih banyak terjadi. Menurut YKPI, angkanya lebih dari 150 ribu kasus per tahun di Indonesia. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari adanya infeksi dalam sel darah, pola makan yang tidak teratur, hingga keturunan (genetik).
Dampak yang dirasakan oleh penyintas kanker payudara ialah limfedema dan nyeri pada tubuh. Limfedema sendiri yaitu pembengkakan pada tangan atau kaki yang disebabkan oleh sistem penyumbatan. Sehingga para penderitanya kesulitan untuk beraktivitas.
dr. Fenny Lovitha Dewi. Sp.KFR menuturkan terkait hal tersebut,
“Limfedema
dan nyeri biasa terjadi pada para pasien kanker secara umum, juga terjadi pada
pasien kanker payudara. Nah, yang bisa kita lakukan untuk mengurangi terjadinya
limfedema adalah dengan menghindari aktivitas berat, hindari suhu ekstrim, dan
pertahankan berat badan normal,” ujarnya.
Dikutip dari laman sehatq.com, rehabilitasi medik dapat membantu penderita kanker untuk beradaptasi serta meningkatkan fisik dan emosionalnya. Program ini dilakukan saat sebelum, selama, dan setelah pasien menjalani kemoterapi. Berbeda dengan kemoterapi, rehabilitasi medik membutuhkan bantuan tim medis dari berbagai divisi. Mulai dari para dokter spesialis, perawat, fisioterapis, terapis okupasi, hingga psikolog.
Hal tersebut selaras yang dikatakan oleh Fenny bahwa, rehabilitasi sangat
berperan penting bagi kesembuhan pasien kanker payudara, karena banyak tahap
yang penderita harus jalani saat pemeriksaan Rehabilitasi medik itu sendiri.
“Peran rehabilitasi medik itu penting dalam penanganan kanker payudara, ibu-ibu kalau periksa ke rumah sakit ya, ada yang namanya Complex Decongestive Therapy (CDT) yaitu standar emas penanganan limfedema atau fase reduktif dan fase pemeliharaan. Diantaranya, Manual Lymph Drainage (MLD), Intermitten Pneumatic Compression, pemakaian bandage atau stocking khusus dan posisi yang tepat elevation,” jelasnnya.
Meskipun penyakit ini masih bisa disembuhkan, namun belum ada obat yang bisa menangkal virus kanker payudara itu sendiri. Dengan pendeteksian dini merupakan langkah preventif yang dapat dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya tanda gejala kanker payudara. Jika mengalami perubahan, dapat dikonsultasikan lebih lanjut ke dokter tentang pengobatan maupun proses penyembuhan.
Di
akhir acara, Fenny memberikan pernyataan penutup sekaligus pesan untuk para peserta
di acara tersebut. Ia menuturkan untuk jangan takut
jika ada teman, kerabat, atau saudara yang menderita Kanker Payudara agar tidak dijauhi. Karena menurutnya, Kanker Payudara bukanlah aib serta penyakit
tersebut masih bisa disembuhkan.
Penulis : Dika Maulana
Editor : Devi Oktaviana
0 Comments