Marhaen, Jakarta - Di era yang serba digital saat ini, sosial media menjadi salah satu tombak generasi muda dalam berinovasi ataupun mengembangkan kreativitasnya, yang lantaran muncul seiring dengan perkembangan zaman. Perubahan akan adaptasi pun diperlukan sebagai upaya menciptakan peluang yang sudah ada maupun baru.
Era digital telah membawa berbagai perubahan yang baik sebagai dampak positif yang bisa digunakan sebaik-baiknya. Namun, dalam waktu yang bersamaan, era digital juga membawa banyak dampak negatif, sehingga menimbulkan tantangan baru di dalam kehidupan. Terlebih sebagai generasi muda yang merasakannya di kondisi transisi saat awal munculnya pandemi, aktivitas sehari-hari dengan bertatap muka, mau tidak mau harus bertatap layar.
Selaras dengan apa yang diucapkan Bintang Emon sebagai Perwakilan Generasi Muda di Indonesia pada Acara Konferensi Pers BenihBaik di Gedung PKK DKI Jakarta, Jumat (01/04/22).
“Transisi tantangan saat awal munculnya pandemi yaitu kesempatan belajar dan eksplorasi diri di rumah. Begitu juga dengan kegiatan belajar. Fokus belajar tidak semudah seperti tatap muka langsung, kendala sinyal, dan gangguan keadaan di rumah. Dan, beban belajar banyak ditumpahkan ke tugas. PR-nya dari yang biasa di rumah untuk transisi kegiatan di luar rumah.” tuturnya.
Melalui perkembangan zaman yang kian canggih, sebagian orang dapat beraktivitas secara online, mulai dari bekerja, belajar, belanja, hingga berjualan. Lahirnya situs jejaring sosial menjadi peluang besar di situasi saat ini. Mudahnya seseorang dalam mengakses segala halaman situs melalui perangkat mobile membuatnya bisa berinteraksi satu sama lain.
Tidak dipungkiri, dengan kemudahan akses, peluang pun banyak bermunculan dalam mengeksplorasi diri, mengasah keterampilan teknis dan sosial merupakan kebutuhan yang wajib dipenuhi agar bisa bertahan hidup dan berada dalam neraca persaingan di era digital seperti sekarang. Hal ini sangatlah penting, tidak ada batasan usia, semua orang butuh untuk berkembang.
“Jelas ada peluang, aspek apapun tentang kehidupan itu beririsan dengan digital. Melawan arus digital berarti ketinggalan zaman. Akses digital sangat luas bahkan dalam menyuarakan hal-hal apapun supaya didengar. Selama dilaksanakan serius, itu akan menghasilkan sesuatu. Banyak peluang muncul di era ini yang beririsan dengan transformasi digital.” ucap Bintang Emon.
Dengan berkembangnya era digital saat ini, tidak menutup kemungkinan menimbulkan dampak negatif, sebab apa yang dilihat di internet tidak dapat di-filter dengan sendirinya, namun sebagai pengguna bisa menggunakan sosial media dengan lebih bijaksana. Banyak bermunculan berbagai macam konten khususnya terkait dengan para influencer yang memberikan pemahaman bahwa tolak ukur kebahagiaan hanyalah tentang materi menjadi perhatian Andy F. Noya selaku CEO & Co-Founder BenihBaik, terhadap generasi muda yang gencar-gencarnya mengakses laman sosial media,
“Hal tersebut, seakan-akan memberikan perspektif yang salah tentang bagaimana sukses dan kebahagiaan, ukuran materi satu-satunya yang bisa membuat anak muda bahagia, dan didapat secara instan, hal ini yang merusak. karena semua sukses itu proses, dengan adanya di media sosial content-content seperti itu dikhawatirkan anak muda salah menangkap pesan bahwa sukses itu bisa instan dan dengan cara apa saja (menghalalkan segala cara).” pungkasnya.
Penulis : Devi Oktaviana
Editor : Dika Maulana
0 Comments