Marhaen, Jakarta - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik (FT) Universitas Bung Karno sukses menggelar Musyawarah Besar (MUBES) Ke-VII yang diselenggarakan di Aula Ir. Soekarno, Kampus Kimia. Selasa, (07/03/2023).
Musyawarah Besar (Mubes) ialah agenda wajib dari setiap organisasi. Hal ini dimaksudkan agar dapat membahas Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) kepengurusan sebelumnya, Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) serta menentukan pemimpin baru untuk organisasi tersebut. Mubes termasuk kegiatan yang sakral bagi sebuah organisasi, termasuk organisasi kemahasiswaan seperti BEM.
Adrianus Panca selaku ketua panitia Mubes kali ini, menjelaskan terkait BEM FT yang sebelumnya sudah hiatus sejak tahun 2017. Dalam AD/ART, tertuang bahwa masa jabatan seharusnya hanya satu tahun. Dikarenakan pengurus sebelumnya sudah lulus dan tidak mengadakan Mubes sebelum masa kepengurusannya habis, hal ini membuat BEM FT tidak mempunyai regenerasi. Bahkan, dalam Himpunan tidak saling berkoordinasi terkait Mubes kali ini. Alhasil, pemerintahan tersebut diberikan oleh dekan dan harus diselesaikan pada hari ini.
Selama ketidakaktifannya, acara di FT lebih didominasi oleh kegiatan yang diinisiasi oleh masing-masing Himpunan. Selain itu, informasi dan sosialisasi terkait Mubes ke-VII ini juga minim. Dalam Mubes kali ini, peserta berjumlah sekitar 55 orang.
"Selama kegiatan kemarin hanya kegiatan dari himpunan aja, dari BEM-nya tidak ada, karena dari BEM-nya udah pada lulus," ujarnya.
Awalnya acara berjalan dengan kondusif namun, saat sesi tanya jawab berlangsung antara peserta dengan para calon Ketua BEM terjadi cekcok (berdebat) karena salah satu peserta forum tidak setuju dengan diadakannya Pemilihan Raya (Pemira) tanpa Mubes terlebih dahulu, dengan alasan bahwa dua hal itu sangat berbeda dan tidak bisa disatukan dalam satu kegiatan karena melanggar aturan.
“Permasalahanya, di sinikan musyawarah besar tapi teknis yang dilakukannya ini kan Pemira. Di sinikan rancu karena berbeda antara Mubes dengan Pemira. Kita malah melakukan Musyawarah Besar dan Pemira, kan gak bisa kita satuin itu, misalnya kalau mau Musyawarah Besar duluan, tidak usah dikatakan sebagai Pemira, ini digabungkan inikan rancu, kita gak tau esensi dari Musyawarah Besar kan hilang,” tutur Adi salah satu peserta dari jurusan Teknik Elektro.
Permasalahan yang terjadi menimbulkan pertanyaan apakah sosialisasi mengenai acara tidak cukup didapatkan oleh para mahasiswa teknik yang menjadi peserta sehingga kesalahpahaman di sini tidak terhindarkan dan pada akhirnya berujung pada banyaknya peserta yang walk out (meninggalkan) acara.
“Untuk sosialisasi gak ada, untuk MUBES ini diatur secara diam-diam melalui daripada ketua atau Kahim-kahim (Ketua Himpunan) daripada dekan, cuman ada utusan dari setiap prodi itu ada dua orang. Kita juga minim informasi, tidak ada namanya rapat antara empat prodi nggak ada sosialisasi gak ada kalau memang ini disebut pemira ada namanya verifikasi ada langkah-langkah yang tidak dilakukan sama panitia kali ini, makanya itu kami mempertanyakan ini Mubes atau Pemira,” ucapnya lagi.
Salah satu panitia bernama Fadzillah Ode Surahi memaparkan tidak sependapat dengan kurangnya sosialisasi dalam pengambilan keputusan atas diadakannya Pemira serta Mubes dalam satu kegiatan sebab mereka telah memberitahukan bahwa akan mengadakan sesuai seperti apa yang telah mereka sampaikan melalui chat maupun langsung. Menurutnya, hanya terjadi kesalahpahaman antara pihak panitia dan peserta forum.
Meski, terdapat banyak permasalahan, akan tetapi ketua pelaksana tetap memiliki harapan kedepannya untuk BEM Fakultas Teknik karena mau bagaimanapun juga pasti terdapat suatu keinginan yang ingin diwujudkan agar kekurangan pengurusan sebelumnya tidak terulang lagi.
"Harapan dari saya, Fakultas Teknik ini akan tetap tampil lagi agar akan lebih baik kedepannya, jangan seperti bem sebelumnya," tutup Adrianus.
Penulis : Ichsan Rahman, Kristian Sarjio Dappa Lube
Editor : Devi Oktaviana
0 Comments