Era sudah digitalisasi
Tapi kaum puan masih sekedar pelengkap di lingkungan politisi
Apakah laki-laki takut tersaingi?
Kalah bersaing gagasan sebagai kaum intelegensi
Takut perempuan mendominasi?
Berusaha mengintimidasi
"Politik keji, tak usah ikut mencampuri, ini ranah laki-laki"
Orator-orator di mana-mana berorasi
"Tolak diskriminasi, menuntut revolusi"
"Kesetaraan harus dijunjung tinggi"
Tapi nyatanya kaum puan hanya jadi "alat" politisi
Sadisnya, malah dipersekusi
Ditawar untuk disetubuhi
Relasi kuasa mengintervensi
Bahkan semenjak era "Panglima Besar Revolusi"
Tak ada ruang aman tuk perempuan berpartisipasi
Tak ternilai kemampuan dan harga diri
Apakah ini bukan sebuah diskriminasi?
Sampai kapan perempuan dibungkam untuk melahirkan konsepsi?
Penulis : Samantha Anjelica Marcelia (Mahasiswi Universitas Bung Karno)
0 Comments