(Foto: sedang berlangsungnya diskusi/Salsabila)

Marhaen, Jakarta
- Teknologi Artificial Intelligence (AI) mulai ada untuk membantu segala jenis pekerjaan manusia. Dalam Jurnalisme AI juga mulai mempengaruhi kerja para jurnalis. Untuk membahas hal ini, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia mengadakan Journalism Talk. Sabtu (09/08/2023). 

Generatif AI adalah sistem yang bisa menghasilkan data, bahkan sebuah teks atau tulisan mengenai sesuatu. Dalam Jurnalisme, tidak ada salahnya turut memanfaatkan AI. Namun, jurnalis harus tetap selektif dalam penggunaannya agar tetap dalam koridor yang sebagaimana mestinya. 

AI dan jurnalisme sendiri juga bukanlah sesuatu hal yang baru. Jika diibaratkan AI itu seperti asisten pribadi yang membantu jurnalis agar tidak menulis hal repetitif melainkan menuju hal kreatif. Akan tetapi, menggunakan tools AI dalam jurnalisme pasti akan ada dua sisi baik dan buruk sehingga jurnalis harus paham dari kelemahan AI itu sendiri. 

Sebagai seorang jurnalis, pastinya dituntut untuk menyampaikan sesuatu informasi berlandaskan sumber yang akurat dan terpercaya, agar nantinya berita yang dihasilkan bukanlah suatu kabar bohong atau hoax. Hal itu, tidak dapat AI lakukan dalam menyajikan suatu data.

"Apapun yang dilakukan oleh teman-teman terkait dengan data, jangan pernah percaya bahwa data yang diberikan AI itu akurat, karena AI karena AI memang tidak dilatih untuk mengingat data, mereka hanya dilatih untuk mengidentifikasi pola atau pattern. Makanya kalo di bidang AI mereka akan fokus di modeling yang merupakan polanya" Ujar Heru Tjatur, dari Tech Advisor Ichwach.

Selain data seorang jurnalis dalam menyampaikan suatu berita juga harus berpegang teguh terhadap Kode Etik Jurnalistik , perlunya kehati-hatian dalam pemanfaatan teknologi AI. Harus ada batasan yang ditetapkan agar penggunaan dan produk yang dihasilkan tidak bertentangan dengan kode etik tersebut. 

“Jangan ambil sisi yang sifatnya sensitif seperti isu kriminalitas, suku agama dan ras, terkait dengan kepentingan anak, itu tidak bisa kita serahkan kepada AI karena kalo dia bias dan salah penilaian atau tidak memahami konteksnya itu akan bahaya dan akan mencederai kode etik jurnalistik.” Ucap Amir Sodikin, Managing Editor Kompas.com.

Kecerdasan AI juga bisa mengancam privasi bagi para pengguna, data yang dimasukan kedalam internet bisa menjadi salah satu sumber dari AI itu sendiri sehingga harus lebih berhati-hati agar hal buruk seperti kebocoran data pribadi dapat dihindari.

“Kontrol nya cuman ada di kita, sekali data kita ada di generate sana itu sih katanya salah satu pencatat amal baik yang mirip dengan malaikat munkar dan nakir, jadi apapun yang kita lakukan dan kita sebarkan di internet akan abadi selamanya di situ selama internetnya ga mati. Mau ga mau kita yang harus kontrol” ujar Heru.



Penulis: Salsabila Ananda Nurhaliza

Editor: Na'ilah Panrita Hartono