Marhaen, Jakarta - Dalam rangka Dies Natalis ASPIRASI ke-40, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) ASPIRASI mengadakan seminar dengan tema “Kendali Media Alternatif dalam Keberpihakan Publik” di ruangan Lecture A Gedung Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta. Sabtu (04/11/2023).
Media alternatif menjadi salah satu sumber informasi serta wadah untuk menyuarakan keluhan dari kalangan bawah dengan harapan agar bisa didengar serta dibenahi sehingga dapat terjadi suatu perubahan. Ini menjadi salah satu sorotan dimana banyak media utama yang hanya menyampaikan hal terkini yang sedang ramai dibicarakan.
“Kita mengambil tema ini karena melihat kalau masyarakat ini butuh tau tentang kita bisa menjadi produsen atau memproduksi jurnalis itu sendiri untuk bisa mengimplementasikan bahwa kita juga bisa bersuara. Kita sendiri contohnya LPM ASPIRASI dan masyarakat lokal nanti bisa menjadi media alternatif yang bisa disatukan dan akan didengar oleh kalangan atas” ujar Alfin Berkat Pratama Zai selaku ketua pelaksana.
Walaupun memiliki jangkauan yang lebih kecil, media alternatif mampu menyoroti hal-hal kecil yang tidak disorot oleh media utama. Erti Fadhilah Putri, Comminication Officer Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) menyebut ada tantangan tersendiri bagi para jurnalis dalam media alternatif misalnya seperti ancaman Undang-Undang Transaksi Elektronik (UU ITE) dan keterbatasan sumber dana.
“Banyak sekali media alternatif yang berbasis komunitas itu tidak adanya koordinasi, dan tidak ada yang bisa memediasi, sehingga langsung bisa dikenakan UU ITE itu dalam konteks media alternatif berbasis komunitas. Lalu kita bisa lihat ada media alternatif lain yang bersumber dari donor, jadi kalau tidak ada yang donor media alternatif nya mati dan itu adalah tantangan terbesar dari media alternatif saat ini” ucap Erti.
Melalui tema ini, Direktur Pengembangan Audiens Project Multatuli Muammar Fikrie menjelaskan perannya dalam media alternatif yaitu memberikan ruang kepada kelompok yang terpinggirkan dan isu-isu penting yang terabaikan, dan hal penting lain yaitu mengawasi kekuasaan agar tidak ugal-ugalan.
“Mutatuli menghadirkan alternatif atas situasi media hari ini, misal media yang sangat Jakarta sentris makanya kita memilih untuk ke pinggiran, atau male sentris yang laki-laki banget di media Indonesia, makanya kita berburu untuk tidak sangat laki-laki sekali jadi kita mengabdikan alternatif nya aja” kata Fikrie.
Penulis: Salsabila Ananda Nurhaliza
Editor: Na'ilah Panrita Hartono
0 Comments