Judul : Masa Depan Yang Tidak Boleh Dibicarakan
Penulis : Adit MKM
Penerbit : Gagas media
ISBN : 978-623-493-299-7
Jumlah Halaman : 258
Maraknya kapitalisme di dunia membuat jauhnya kesenjangan sosial antara si miskin juga yang kaya dan global warming karena over produksi dari pengusaha untuk memperkaya dirinya. Di buku fiksi ini kita akan diajak masuk ke dunia di mana sudah tidak ada kapitalisme, tidak ada uang, semua manusia itu setara, dan apa yang kita inginkan tinggal minta saja ke pemerintah serta buku ini dituliskan dengan dua bagian.
Bagian pertama dimulai dari 2 orang bernama Geraldy dan Danu yang sedang podcast mengeluh tentang pekerjaannya yang tak kunjung membuat dia kaya. Mereka juga mengungkapkan kebencian mereka terhadap kapitalisme yang sudah mendarah daging, bahkan buku ini mengutip seorang filsuf bernama Slavoj Zizek “lebih gampang membayangkan akhir dunia daripada akhir dari kapitalisme”.
Geraldy dan Danu tidak berhenti disitu, mereka membayangkan di masa depan setelah manusia banyak yang mati karena keserakahannya sendiri, dibuatlah peradaban baru dimana tidak ada mata uang di dunia. Mereka percaya kesalahan pada sistem yang sekarang adalah menjadikan manusia yang serakah akan kekuasaan, uang, dan jabatan menjadi pemimpin. Jadi di peradaban yang mereka bayangkan manusia akan dipimpin oleh teknologi Quantum Computer yang diberi nama Sang Komputer yang cara kerjanya mirip dengan AI zaman sekarang tetapi jauh lebih canggih.
Di masa depan yang mereka bayangkan, manusia hanya bekerja untuk menjalankan fungsinya di masyarakat saja, kalau mereka lapar dan haus tinggal minta saja kepada pemerintah. sebaliknya jika kalian malas bekerja Sang Komputer akan menghukum kalian dengan sangat tegas, apapun yang Sang Komputer ini lakukan juga semuanya sesuai data, perhitungan yang sangat logis dan manusia harus taat kepada peraturan Sang Komputer agar peradaban tetap berlanjut juga tidak kacau.
Bagian kedua buku ini membawa kita ke masa depan yang dibayangkan oleh Geraldy dan Danu. Kapitalisme semakin marak menyebabkan keserakahan manusia terhadap sumber daya alam, perebutan kekuasaan, kemiskinan struktural, dan akhirnya memicu terjadinya perang dunia ketiga yang mengakibatkan hampir seluruh umat manusia punah.
Setelah itu, manusia membangun ulang peradabannya dengan satu perbedaan drastis, yaitu dunia tanpa uang. Nama peradaban itu adalah Neopolis, yang dilindungi tembok besar yang mengelilinginya seperti lingkaran. Melambangkan bahwa Neopolis sudah tidak membutuhkan dunia luar. Masalah terbesar terakhir adalah pemimpin manusia, yang sekarang sudah diganti oleh Sang Komputer.
Diperkenalkan lah karakter utama di bagian kedua yaitu Ben dengan temannya Michael yang sudah tidak bekerja karena usianya yang sudah diatas 50. Ben yang bekerja sebagai urologis dan sangat bosan melakukan pekerjaannya sering curhat kepada Michael yang sudah tidak bekerja, Michael selalu menasihati Ben untuk taat bekerja, karena motto Neopolis adalah “Ketaatan Melahirkan Keberlanjutan.”
Ternyata dunia ideal yang dibayangkan oleh Geraldy dan Danu di masa depan tidak seideal dan seindah yang mereka bayangkan juga. Disana tetap ada konflik bahkan ada teroris yang tidak suka dengan cara neopolis bekerja. Bagian kedua disini sangat berbeda dengan dunia satu yang hanya percakapan saja, karena di bagian kedua ini ceritanya sangat serius dengan penuh adegan aksi yang menegangkan dan drama yang sangat menyentuh.
Buku ini memberi pengalaman membaca yang berbeda dengan buku lainnya. Pembaca bisa diajak untuk berpikir serius dan kita bisa ketawa terbahak-bahak juga setelahnya. Di buku ini juga banyak memberikan refrensi buku yang membuat kalian bisa banyak mempunyai list buku baru setelah membaca buku ini.
Novel ini kalau dilihat dari segi cerita dan pembahasan sangat berat juga sangat serius, tetapi penulis berhasil menyulap semua tulisan ini jadi mudah dicerna bahkan sangat menghibur untuk dibaca. Paling menarik dari buku ini adalah ceritanya yang bisa menjadi bahan diskusi bersama teman-teman dan orang tua berjam-jam lamanya.
Menurut saya, novel ini akan lebih cocok untuk 17 tahun ke atas, selain membutuhkan kedewasaan berpikir sebagai pembaca. Novel ini juga banyak menyentil topik-topik yang sangat sensitif, untuk pembaca yang masih mempermasalahkan perihal “musik haram” dan “tahun baru tidak boleh dirayakan” mungkin ada baiknya ditunda hingga siap untuk menerima sudut pandang yang berbeda dari tiap individu.
Penulis : Nandana Arieanta Putra Pramono
Editor : M. Zacki P. Nasution
0 Comments