Hari ini aku duduk bersebelahan dengan para oknum, dengan berbagai pujian dirapalkan untuk institusi sendiri. Sungguh muak tidak betah lama-lama berpijak.
Institusi ini terlalu besar, membuat rasa tak tertahankan untuk dapat membubarkan.
Tema kali ini "Mewujudkan Pelayanan yang Berorientasi Harapan Masyarakat" begitu lawak, Ini terlalu menggelitik, apa dasarnya mereka komedian semua? Meski, lebih condong kepada badut berseragam.
Kanan kiri ku berisikan jendral berbintang. Yang membuatku penasaran mengapa tidak ada yang menginterupsi ucapan orang di mimbar depan? Ini ga berisikan bualan dan kebohongan.
Yang lebih mengherankan mengapa ucapannya dicatat? Karena dalam sejarah tidak dapat ditemukan. Semua hanya berbentuk teori tanpa implementasi.
Gedungnya begitu megah, lampu-lampu indah memanjakan mata tergantung menambah estetika, dengan berbagai ornamen mewah melengkapinya.
Sangat menunjukkan betapa sederhana dan bersahajanya institusi ini. Sampai membuatku penasaran berapa anggaran yang dikeluarkan.
CUKUP SUDAH!!! Sudah tak tahan aku berlama-lama di tempat ini. Sudah tak mampu diri ini menerima berbagai bualan dan kebohongan buaya di depan.
Sungguh menyesakkan cobaan puasa kali ini, ku perhatikan wajah demi wajah yang kutemukan hari ini, terkhusus mereka yang mengenakan seragam rapi.
Jika aku diberikan kemampuan mendengar suara hati, pasti sudah terdengar berbagai caci dan maki, tak lupa dengan niat culas para badut di dalam hati.
Yang menyuarakan bagaimana caranya memeras masyarakat, bagaimana menumpuk kekayaan, dan bagaimana mengejar jabatan.
Bisa-bisanya dia bilang "polisi humanis selalu dihati, siap melayani sepenuh hati" bagaimana begitu banyak yang bertepuk tangan, yang disampaikan lebih mirip mimpi di siang hari dibandingkan teori.
Begitu tingginya harapan kita, kepada sekumpulan badut berseragam ini.
Lucu sekali institusi negara ingin belajar dari sektor swasta milik negara lain, demi bisa menaikan kepuasan pelayanan kepada masyarakat.
Susah sekali kami menahan tawa,
susah sekali kami menahan kantuk,
susah sekali kami menahan diri untuk tidak membakar gedung ini.
Sesusah melakukan pengaduan pada institusi pungli.
Dari awal melangkahkan kaki, firasat buruk datang mengingatkan diri.
Menyesal sekali masuk ke sini,
tapi undur diri sudah tidak bisa pergi.
Waktuku begitu terbuang dengan sia-sia kali ini, terlihat masih dua jam lagi, kabur dari sini bukanlah sebuah solusi.
Berbagai skenario terlintas, Mengapa aku tak membawa alat peledak di dalam tas?
Kata moderator pelayanan perlu di evaluasi dan berbagai peraturan perlu di revisi. Menurutku itu bukan sebuah kesalahan, karena yang bermasalah di sini para manusia-manusia tai.
Pembicara di depan membicarakan etik, sedang para badut di seberang memikirkan taktik licik.
Sudah tak terhitung berapa kali aku menguap,
Akhirnya ku memilih untuk tidur saja, hingga satu jam kemudian belum selesai juga. Baiklah ku habiskan waktu dengan tidur lagi.
Penulis : Dinda Aulia
0 Comments